Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menjelang olimpiade yang akan dibuka 23 Juli 2021, semua orang yang masuk ke Jepang diharuskan melakukan tiga kali tes PCR untuk mengantisipasi pandemi Corona.
"Nantinya bagi orang yang masuk ke Jepang saat menjelang Olimpiade harus dilakukan tiga kali tes PCR, akan mendeteksi langsung terkena mutan corona baru atau tidak di bandara internasional Jepang," ungkap Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura, Minggu (21/3/2021) dalam acara debat di TV NHK.
Satu kali tes PCR harus dilakukan 72 jam sebelum tiba di Jepang, dilakukan di negara sendiri.
Kemudian tes PCR dilakukan saat tiba di Jepang di bandara internasional Jepang dan satu kali lagi, tiga hari setelah berada di Jepang khususnya bagi semua orang yang terkait dengan Olimpiade, atlet, officials dan sebagainya.
"Semua itu akan dimonitor ketat dengan aplikasi kami dan kalau ada yang menghilang ke luar dari instruksi kami selama karantina akan dilakukan teguran melalui aplikasi dan juga diperkuat dengan para satpam yang telah kontrak dengan pihak pemerintah, akan mengantisipasi hal-hal pelanggaran aturan tersebut," lanjutnya.
Baca juga: Ketua Panitia Olimpiade Pastikan Tidak Menerima Penonton dari Luar Jepang
Baca juga: Pameran Keliling Tongkat Obor Olimpiade Jepang Dimulai Lagi 3 April 2021
Sementara itu perawat profesional Haruya Sakaki dari Rumah Sakit Chuo Saitama Chuo, anggota dewan ahli penyakit menular dari Prefektur Saitama mengakui ada perawat yang bandel tidak menggunakan masker dan tidak mencuci tangannya.
"Selain antisipasi yang dilakukan pemerintah selama ini saya juga berharap kepada semua tenaga medis agar menjaga ketat protokol kesehatan, selalu menggunakan masker dan mencuci tangan ebelum menangani pasiennya masing-masing," papar Sakaki, Minggu (21/3/2021).
Ketua tim dewan ahli pemerintah Jepang Dr Shigeru Omi menekankan mengenai pencarian sumber infeksi corona.
"Apabila nantinya grafik infeksi mulai menanjak kembali, segera secepatnya dan sedetil mungkin cari sumber asal orang yang menularkan infeksi tersebut. Kalau itu tidak ditemukan, penularan akan semakin menyebar luas. Itu terpenting dalam antisipasi di masa depan," tegas Dr Omi.