News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Militer Myanmar Rayakan Hari Angkatan Bersenjata saat 114 Warganya Terbunuh dalam Sehari

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Massa menggelar aksi solidaritas untuk Myanmar di depan Gedung ASEAN, Jakarta Selatan, Jumat (12/3/2021). Dalam aksi solidaritas tersebut massa mengutuk keras terjadinya kudeta militer dan mendesak penegakan demokrasi serta perlindungan HAM di Myanmar. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 114 warga Myanmar tewas karena kekerasan junta militer tepat pada perayaan Hari Angkatan Bersenjata ke-76 di negara ini pada Sabtu (27/3/2021).

Jumlah korban yang jatuh dalam sehari menjadikan Sabtu lalu hari paling berdarah sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Sebelumnya pada Jumat, media pemerintah memperingatkan pengunjuk rasa akan berisiko ditembak tepat di kepala dan punggung.

Meski ada ancaman, demonstran tetap membanjiri jalanan di Yangon, Mandalay, dan kota-kota lainnya.

Anak-anak termasuk di antara korban  tewas pada  Sabtu, menurut laporan dan saksi mata.

Baca juga: Korban Tewas dalam Tindakan Keras Pascakudeta Myanmar Lebih dari 300 Orang

Baca juga: Serangan Bom Molotov di Markas Partai Aung San Suu Kyi di Myanmar

Massa menggelar aksi solidaritas untuk Myanmar di depan Gedung ASEAN, Jakarta Selatan, Jumat (12/3/2021). Dalam aksi solidaritas tersebut massa mengutuk keras terjadinya kudeta militer dan mendesak penegakan demokrasi serta perlindungan HAM di Myanmar. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Dilansir Reuters, PBB mengatakan tentara Myanmar telah melakukan pembunuhan massal. 

Sabtu lalu merupakan pertempuran terberat sejak kudeta antara tentara dan kelompok etnis bersenjata yang menguasai sebagian besar negara.

Jet militer menewaskan sedikitnya tiga orang dalam serangan di sebuah desa yang dikendalikan kelompok bersenjata dari minoritas Karen, kata sebuah kelompok masyarakat sipil pada Minggu.

Sebelumnya faksi Serikat Nasional Karen mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer di dekat perbatasan Thailand dan menewaskan 10 orang.

Serangan udara tersebut membuat penduduk desa melarikan diri ke hutan.

Seorang juru bicara junta belum berkomentar soal pembunuhan atau pertempuran itu.

Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan dalam parade Hari Angkatan Bersenjata bahwa militer akan melindungi rakyat dan memperjuangkan demokrasi.

Lebih dari 300 orang tewas dalam kerusuhan anti kudeta di Myanmar, menurut kelompok pemantau lokal. (AFP)

Portal berita Myanmar Now mengatakan 114 orang tewas di seluruh negeri karena tindakan keras militer.

Diantara 40 korban tewas di Mandalay, salah satunya seorang gadis berusia 13 tahun.

Kemudian sedikitnya 27 orang tewas di pusat komersial Yangon, lapor Myanmar Now.

Seorang anak berusia 13 tahun yang lain termasuk di antara yang tewas di wilayah Sagaing tengah.

Kematian juga tercatat dari wilayah Kachin di pegunungan utara hingga Taninthartharyi di ujung selatan Laut Andaman.

Sehingga jumlah keseluruhan warga sipil yang dilaporkan tewas sejak kudeta menjadi lebih dari 440.

Militer Myanmar Sebut Rusia Teman Sejati

Parade Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw pada Sabtu dihadiri wakil menteri pertahanan Rusia Alexander Fomin.

"Rusia adalah teman sejati," kata Min Aung Hlaing.

Dilansir CNN, perwakilan Rusia datang ke acara militer Myanmar di tengah sanksi dari AS dan Eropa kepada negara ini. 

Baca juga: Lagi, Sembilan Demonstran di Myanmar Tewas, Inggris dan AS Jatuhkan Sanksi pada Bisnis Militer

Baca juga: Markas NLD Aung San Suu Kyi di Yangon Myanmar Dilempar Bom Molotov, Sebabkan Kebakaran

Para diplomat mengatakan kepada Reuters bahwa delapan negara yakni Rusia, China, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Laos, dan Thailand mengirim perwakilan ke acara itu.

Namun hanya Rusia yang langsung mengirim menterinya.

Hari Angkatan Bersenjata Myanmar memperingati dimulainya perlawanan terhadap pendudukan Jepang pada 1945.

Diketahui perlawanan itu dipimpin ayah Suu Kyi yang merupakan pendiri militer.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Baca berita Krisis Myanmar lainnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini