TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merilis laporan pada hari Selasa (30/3/2021) yang merinci temuan penelusurannya terkait asal-usul virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Dilansir USA Today, laporan tersebut adalah hasil dari perjalanan tim WHO beranggotakan 17 orang ke China yang dilakukan dari 14 Januari hingga 10 Februari 2021.
Tim tersebut berkolaborasi dengan ilmuwan China dalam jumlah yang sama untuk mengeksplorasi data genetik, epidemiologi, dan hewan dari hari-hari awal yang pandemi.
Laporan setebal 120 halaman, yang disusun oleh tim WHO, memberikan empat kemungkinan cerita asal virus SARS-CoV-2 - mulai dari kebocoran laboratorium hingga lompatan dari hewan ke manusia.
Namun, WHO tidak memberikan kesimpulan tegas.
WHO menyiratkan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Baca juga: Draf Laporan WHO Sebut Covid-19 Muncul Lewat Perantara Hewan
Baca juga: Laporan WHO Asal-usul Covid-19 Bukan dari Kebocoran Laboratorium, Hewan Diduga Jadi Sumber Covid-19
Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris dan Jepang, mengeluarkan pernyataan bersama pada Selasa yang menimbulkan keraguan tentang apakah China bekerja sama secara memadai dalam proses penelitian itu.
Pernyataan itu menekankan keprihatinan bahwa studi pakar internasional tentang sumber virus SARS-CoV-2 secara signifikan tertunda dan tidak memiliki akses ke data dan sampel yang lengkap dan asli.
Dalam surat terbuka 4 Maret, kumpulan ilmuwan internasional menyerukan komunitas global untuk bersikeras bahwa China lebih terbuka dengan data tentang hari-hari awal wabah.
Lawrence Gostin, seorang ahli hukum kesehatan masyarakat global di Universitas Georgetown mengatakan, China menahan para penyelidik global keluar dari negara itu selama setahun dan tidak melakukan atau mempublikasikan penyelidikan apa pun sendiri tanpa pengawasan.
Meskipun Amerika Serikat mungkin juga menolak untuk mengundang tim penyelidik WHO, Gostin mengatakan, "perbedaannya adalah AS akan menyelidiki dirinya sendiri secara menyeluruh dan membuat hasilnya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan."
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, setuju lebih banyak penelitian diperlukan.
"Saya tidak percaya bahwa penilaian ini cukup ekstensif. Data dan studi lebih lanjut akan dibutuhkan untuk mencapai kesimpulan yang lebih kuat," katanya pada hari Selasa pada sebuah pengarahan untuk negara-negara anggota tentang laporan tersebut.
"Laporan ini adalah permulaan yang sangat penting, tetapi ini bukanlah akhir."