TRIBUNNEWS.COM - Pangeran Hamzah bin Al Hussein, saudara tiri Raja Yordania di tempatkan dalam tahanan rumah karena dituduh mencoba mengacaukan negara.
Saudara tiri Raja Abdullah II menuduh para pemimpin Yordania tidak mampu menjalankan pemerintahan dan melakukan korupsi.
Dalam video yang diserahkan pengacara kepada BBC, Pangeran Hamzah mengatakan ia dijadikan tahanan rumah sebagai bagian dari tindakan keras terhadap para kritikus Raja Abdullah II.
Namun, Pangeran Hamzah membantah menjadi bagian dari konspirasi melawan pemerintah atau Raja Abdullah II.
Baca juga: Pejabat Istana Kerajaan Yordania Ditangkap, Diduga Terlibat Upaya Gulingkan Raja Abdullah II
Baca juga: Menteri Kesehatan Yordania Mundur Setelah 6 Pasien Covid-19 Meninggal karena Kehabisan Oksigen
Indiana Express melaporkan, pemerintah Yordania juga melakukan penangkapan profil tinggi lainnya pada Sabtu (3/4/2021).
Termasuk di antaranya, mantan menteri dan anggota keluarga kerajaan lainnya, dengan alasan "keamanan dan stabilitas Yordania".
Tindakan keras semacam itu jarang terjadi di Yordania.
Yordania telah lama dianggap sebagai salah satu negara paling stabil di dunia Arab, dan karenanya keputusan tersebut telah perbincangan panas para pengamat di kawasan itu.
Baca juga: Yordania Terima 144.000 Vaksin COVAX yang Didanai Uni Eropa
Tanggapan Sekutu Yordania
Sekutu Yordania, termasuk AS, Arab Saudi dan Mesir, menyatakan dukungannya kepada Raja Abdullah II.
Yordania, Arab Saudi dan Mesir, semua negara mayoritas Sunni, selama bertahun-tahun bersatu melawan Syiah Iran.
Yordania juga memiliki hubungan yang kuat dengan AS, mendukungnya selama Perang Irak serta upayanya melawan ISIS.
Meski awalnya merupakan lawan utama Israel, kedua negara menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994, dan sekarang menjaga hubungan yang stabil.
“Kami dengan cermat mengikuti laporan tersebut dan berhubungan dengan pejabat Yordania. Raja Abdullah adalah mitra kunci Amerika Serikat, dan dia mendapat dukungan penuh kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.