TRIBUNNEWS.COM, YANGOON - Pasukan keamanan Myanmar menembakkan granat senapan ke pengunjuk rasa di kawasan dekat kota Yangon pada hari Jumat (9/4/2021) dan menewaskan lebih dari 80 orang menurut Association for Political Prisoners (AAP) dalam artikel yang dimuat Reuters, Minggu (11/4).
Rincian korban tewas di kota yang bernama Bago tersebut belum tersedia karena pasukan keamanan menumpuk mayat korban di kompleks pagoda Zeyar Muni dan menutup daerah tersebut, menurut saksi mata dan media domestik.
Menurut pemberitaan AAP dan Myanmar Now setidaknya 82 orang tewas selama protes terhadap kudeta militer yang berlangsung sejak 1 Februari 2021.
Baca juga: Junta Myanmar Klaim Demonstran yang Dibunuh Pasukannya 248 Orang, Beda dengan Catatan AAPP 614 Orang
Penembakan dimulai sebelum fajar akhir pekan lalu dan berlanjut hingga sore hari. "Ini seperti genosida, mereka menembaki setiap bayangan," menurut seorang demonstran bernama Ye Htut.
Banyak penduduk kota yang telah melarikan diri, menurut akun di media sosial. Seorang juru bicara junta militer Myanmar tidak dapat dihubungi untuk konfirmasi.
Namun, angka tersebut dibantah oleh pihak militer, yang mengatakan bahwa kudeta pada pemilihan umum November 2020 lalu yang dimenangi oleh partai Aung San Suu Kyi dianggap curang. Komisi pemilihan pun telah menolak pernyataan tersebut.
Baca juga: Batasi Gerakan Antikudeta, Junta Militer Myanmar Putus Akses Internet
Juru bicara Junta Mayjen Zaw Min Tun mengatakan pada konferensi pers pada hari Jumat (9/4) di ibukota Naypyitaw bahwa militer telah mencatat 248 kematian warga sipil dan 16 kematian polisi. Pihaknya juga menyebut tidak menggunakan senjata otomatis.
Aliansi pasukan etnis di Myanmar yang menentang tindakan keras junta menyerang sebuah kantor polisi di timur pada Sabtu (10/4) menyebut sedikitnya 10 polisi tewas dalam aksi tersebut.
Berita ini tayang di Kontan: 80 Orang demonstran tewas akibat tembakan granat militer Myanmar