News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Afghanistan

Afghanistan Takut Terjadi Perang Saudara saat Amerika Tarik Semua Pasukan Militernya Nanti

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan kemiliteran Pakistan memenuhi pangkalan AU di Peshawar, Pakistan, setelah militan Taliban melakukan serangan di sebuah masjid dalam kompleks pangkalan itu dan menewaskan sejumlah jemaah yang sedang melakukan ibadah salat, Jumat (18/9/2015). (Fox News)

"Penarikan pasukan ini adalah keinginan rakyat Afghanistan, tetapi pada saat ini, kondisi belum tepat untuk mewujudkannya."

"Ada kemungkinan kembalinya perang saudara dan ini akan mengubah Afghanistan menjadi pusat terorisme internasional," kata Rahmani, menurut kanal berita Afghanistan, Tolo News.

"Sebuah penarikan diri tanpa perdamaian diselesaikan di Afghanistan adalah tidak bertanggung jawab," kata Fatima Gailani, satu dari empat wanita yang bernegosiasi dengan Taliban untuk pemerintahan Afghanistan.

Gailani juga khawatir akan ada perang saudara di Afghanistan setelah pasukan AS pergi.

Setelah sempat menguasai Afghanistan sejak 1996, Taliban digulingkan pada tahun 2001.

Perang Afghanistan

Ilustrasi Tentara AS - Rusia disebut menawarkan hadiah kepada pejuang Taliban untuk membunuh pasukan AS dan Inggris yang ada di Afghanistan (Pixabay)

Perang Afghanistan dimulai pada Oktober 2001.

Perang didasari serangan 11 September 2001 di Menara Kembar World Trade Center oleh Al-Qaeda.

Sejak saat itu, Presiden George W. Bush memerintahkan misi Perang Melawan Terorisme di Afghanistan.

Pasukan AS diberi misi untuk menggulingkan kekuasaan Taliban, yang dituduh melindungi al-Qaeda sekaligus menangkap Osama bin Laden, pendiri Al-Qaeda.

Pada 2011, pasukan AS melacak dan membunuh pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden di Pakistan saat kepresidenan Barack Obama.

Pasukan AS sempat meninggalkan Irak pada 2011 di bawah kepemimpinan Obama.

Namun dikerahkan kembali saat kepresidenan Donald Trump sebagai respons atas ancaman ISIS.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini