Myanmar telah diguncang oleh gelombang aksi protes setelah kudeta militer yang mengusir pemimpin sipil.
Pada hari Sabtu (24/4/2021), ketika Jenderal Min Aung Hlaing menghadiri pertemuan dengan para pemimpin ASEAN dan menteri luar negeri di Jakarta, militer dan polisi menembaki demonstran di dekat ibu kota Myanmar, Naypyidaw.
Satu demonstran berusia 50 tahun ditahan oleh polisi dan ditembak mati oleh seorang militer, kata seorang saksi mata kepada AFP.
Jumlah tahanan naik menjadi 3.389 pada hari Sabtu, menurut AAPP.
Pelapor Khusus PBB di Myanmar, Tom Andrews, mengatakan masih harus dilihat seberapa efektif keterlibatan ASEAN itu.
"Hasil KTT ASEAN akan ditemukan di Myanmar, bukan (dalam) dokumen," kicau Andrews hari Minggu.
"Apakah pembunuhan akan berhenti? Akankah meneror lingkungan berakhir? Akankah ribuan orang yang diculik dibebaskan? Apakah impunitas akan bertahan?"
Andrews menambahkan bahwa dia "cemas" untuk bekerja dengan utusan khusus ASEAN.
Junta telah membenarkan perebutan kekuasaannya sebagai sarana untuk melindungi demokrasi, menuduh kecurangan pemilu pada pemilu November yang telah dimenangkan partai Suu Kyi.(AFP/Channel News Asia)