TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Mantan Direktur CIA dan Menteri Luar Negeri era Presiden Trump, Mike Pompeo, meminta John Kerry menjelaskan mengapa dia membocorkan informasi rahasia tentang operasi rahasia Israel yang mengebom aset Iran di Suriah
“Menteri Kerry, dapatkah Anda menjelaskan kepada rakyat Amerika mengapa Anda mengungkapkan informasi tentang operasi Israel kepada Menlu Iran Javad Zaarif? Kami sudah tahu selama bertahun-tahun Anda membantunya. Orang Amerika berhak mengetahui alasannya," tulis Pompeo di akun twitternya
Pernyataan Pompeo ini dikutip berbagai media, termasuk
Baca juga: Kapal Tanker Minyak di Lepas Pantai Suriah Terkena Serangan Pesawat Tak Berawak
Baca juga: Rudal Anti-pesawat Suriah Meleset dari Sasaran dan Meledak di Dekat Situs Nuklir Israel
Baca juga: Pasukan Udara Israel Gempur Sasaran Militer Dekat Damaskus Suriah
Rabu (28/4/2021). Tweet tersebut mengikuti rilis audio yang bocor dari wawancara Zaarif dan ekonom Iran Saeed Laylaz.
Zaarif mengungkapkan John Kerry telah memberitahunya tentang sejauh mana operasi Israel di Suriah terhadap pasukan yang dicurigai didukung Iran.
"Kerry harus memberi tahu saya Israel telah menyerang Anda 200 kali di Suriah?" kata Zaarif menyiratkan militer Iran telah menyembunyikan informasi semacam itu darinya. "Kamu tidak tahu?" pewawancara bertanya. “Tidak, tidak,” jawab Zaarif.
Fox News memberitakan isu panas itu Selasa (27/4/2021). Pompeo melanjutkan kata-katanya seraya mengatakan dia tidak terkejut, tetapi berkecil hati oleh tuduhan terhadap Kerry.
"Tapi itu mengingatkan saya setiap pemimpin memiliki tanggung jawab khusus untuk mempertahankan sumpah mereka kepada konstitusi,” lanjut Pompeo tanpa menjelaskan apa hubungan Israel dan Konstitusi AS.
Kerry, yang bertemu Zaarif berulang kali pada awal hingga pertengahan 2010 untuk merundingkan kesepakatan nuklir Iran 2015, tegas membantah klaim dia telah mengoceh tentang operasi militer Israel kepada diplomat Iran.
“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa cerita ini dan tuduhan ini benar-benar salah. Ini tidak pernah terjadi, baik ketika saya menjadi Menteri Luar Negeri,”jawab Kerry lewat cuitan di akun Twitternya.
Audio yang bocor, diperoleh Iran International, saluran televisi satelit media milik Saudi yang berbasis di London, menyebabkan skandal politik di Iran.
Otoritas negara tidak menyangkal keaslian audio, tetapi mengatakan komentar Zsarif dicabut dari konteks dan ditujukan untuk mendestabilkan situasi politik dalam negeri.
Dalam wawancara tersebut, Zsarif mengeluhkan kekuasaannya yang terbatas dan dugaan pengaruh luar biasa yang dinikmati Pengawal Revolusi Republik Iran (IRGC) dalam proses pengambilan keputusan politik dan diplomatik.
Presiden Hassan Rouhani, yang masa jabatannya diperkirakan akan berakhir setelah pemilihan presiden 18 Juni mendatang, telah memerintahkan penyelidikan atas kebocoran tersebut.
Skandal dengan skala yang lebih kecil juga mengguncang Washington sehubungan dengan audio tersebut.
Anggota parlemen Republik termasuk Senator Alaska Dan Sullivan dan Senator Rick Scott dari Florida meminta Kerry mengundurkan diri atau meminta Presiden Biden mencabut aksesnya ke informasi rahasia.
Sementara itu, snggota Kongres Partai Republik Mike Gallagher dari Wisconsin menyatakan "tidak dapat diduga bahwa setiap diplomat AS, dulu atau sekarang, akan membocorkan intelijen kepada sponsor terorisme terkemuka dunia dengan mengorbankan salah satu sekutu setia kami".
Penasihat Keamanan Nasional Biden Jake Sullivan bertemu mitranya dari Israel Meir Ben-Shabbat pada Selasa, membicarakan percakapan Gedung Putih yang menunjukkan kedua negara telah setuju bekerja sama lebih erat untuk melawan program drone dan rudal Iran.
Pihak AS menunjukkan minat untuk berkonsultasi erat dengan Israel tentang masalah nuklir ke depan. Pembicaraan itu tidak menyebutkan wawancara Zaarif.
Tel Aviv, yang melobi pemerintahan Trump secara intens sukses membatalkan kesepakatan nuklir Iran. Mereka bertekad mengambil tindakan militer untuk mencegah Teheran membangun bom nuklir.
Republik Islam telah berulang kali membantah niat untuk melakukannya, dan malah meminta komunitas internasional melakukan sesuatu tentang dugaan persediaan senjata nuklir Israel sendiri.
Israel secara terbuka mengakui telah membom Suriah ratusan kali dalam beberapa tahun terakhir selama pertempuran selama satu dekade terakhir melawan berbagai macam ekstremis jihadis.
Damaskus telah mendesak komunitas internasional untuk melakukan sesuatu tentang agresi Tel Aviv, dan telah berjanji suatu hari akan mendapatkan kembali kendali atas semua wilayahnya, termasuk Golan yang diduduki Israel.(Tribunnews.com/Sputniknews/NYT/xna)