TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel terus membombardir Jalur Gaza yang terkepung pada Rbau pagi (12/5/2021).
Serangan tersebut diketahui menargetkan beberapa daerah.
Ini adalah serangan udara paling intens di Gaza sejak pemboman 2014.
Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan sekitar 35 warga Palestina, termasuk 10 anak-anak tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak Senin malam (10/5/2021), setelah Hamas meluncurkan roket dari wilayah pesisir menuju Israel.
Setidaknya tiga orang Israel juga tewas.
Baca juga: Roket Hamas Gempur Tel Aviv Setelah Serangan Israel Meratakan Menara Gaza
Baca juga: Serang Masjid Al-Aqsa, Fahira Idris: Kebiadaban Israel Sudah Di Luar Nalar, Setara Teroris
Tembakan roket terjadi setelah Hamas, yang menguasai Gaza, mengeluarkan ultimatum menuntut Israel agar pasukan keamanannya mundur dari kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Polisi Israel menyerbu kompleks tersebut pada Senin (10/5/2021) hingga tiga hari berturut-turut, menembakkan peluru baja berlapis karet, granat kejut, dan gas air mata ke arah jemaah Palestina di dalam masjid pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.
Lebih dari 700 warga Palestina terluka di Yerusalem dan di seluruh Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Serangan Udara Israel Hantam 130 Target di Gaza, Hamas Tembakkan 7 Rudal ke Yerusalem
Dilansir Al Jazeera, berikut update mengenai serangan Israel di Jalur Gaza:
03:16 GMT: Israel mengatakan pihaknya 'menetralkan' tokoh-tokoh penting Hamas
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan jet tempurnya telah "menetralkan tokoh-tokoh kunci intelijen Hamas" di Jalur Gaza.
Dalam sebuah posting media sosial pada Rabu (12/5/2021) pagi, IDF mengidentifikasi para pejabat tersebut sebagai Hassan Kaogi, Kepala Departemen Keamanan Intelijen Militer Hamas, serta wakilnya, Wail Issa, Kepala Departemen Kontra Spionase Intelijen Militer.
"Sepertinya intel kita lebih baik," kata pernyataan itu.
Belum ada konfirmasi langsung dari Hamas terkait klaim tersebut.