TRIBUNNEWS.COM - Pemboman tanpa henti di Jalur Gaza meningkat sejak Rabu (12/5/2021) hingga Kamis (13/5/2021).
Jet tempur Israel menggempur situs-situs milik kelompok militan Palestina, serta gedung kepolisian hingga blok apartemen.
Sejak dimulainya serangan dari Senin malam (10/5/2021), Kementerian Kesehatan Gaza menuturkan sekira lebih dari 50 orang tewas, termasuk puluhan anak-anak.
Ratusan orang lainnya juga dilaporkan terluka.
Baca juga: Korban Tewas Bertambah Jadi 67 Rakyat Palestina Akibat Serangan Israel ke Gaza
Baca juga: Prihatin Situasi di Jalur Gaza, Fahri Hamzah: Indonesia Harus Bertindak
Tentara Israel mengatakan sekira 1.500 roket telah ditembakkan dari Gaza ke berbagai lokasi di Israel, menewaskan sedikitnya enam orang Israel.
Eskalasi baru-baru ini diketahui yang paling intens sejak perang tujuh minggu Israel di Gaza.
Baca juga: Tembakan Roket Hamas Tewaskan Seorang Gadis Arab-Israel
Melansir Al Jazeera, berikut ini beberapa hal yang menyebabkan maraknya kekerasan baru-baru ini di Jalur Gaza.
Pengusiran Sheikh Jarrah
Kemarahan meningkat atas pengusiran paksa keluarga Palestina dari lingkungan Yerusalem Timur yang diduduki, Sheikh Jarrah.
Penduduk Palestina di Sheikh Jarrah diketahui telah menghadapi banyak kasus pengadilan yang diajukan terhadap mereka oleh beberapa organisasi pro-pemukim sejak 1972.
Organisasi-organisasi ini mengklaim bahwa tanah tempat tinggal keluarga pada awalnya berada di bawah kepemilikan Yahudi, tetapi orang-orang Palestina melihat ini sebagai perpanjangan dari kebijakan resmi Israel untuk menggusur sebanyak mungkin orang Palestina dari Yerusalem untuk mempertahankan identitas mayoritas Yahudi di kota itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan pengusiran yang direncanakan bisa menjadi "kejahatan perang".
Baca juga: Jubir PBB: 900 Warga Palestina di Yerusalem Timur Terluka Akibat Bentrok dengan Tentara Israel
Protes dan bentrokan antara warga Palestina, pemukim Israel, dan polisi Israel terus meningkat sejak akhir April.
Pengadilan Israel pada Oktober 2020 memutuskan bahwa empat keluarga Palestina harus mengosongkan rumah mereka, dan memberi tanggal 2 Mei sebagai tanggal penggusuran paksa mereka.
Namun, tanggal pengadilan telah ditunda dua kali.
Baru-baru ini, ada konfrontasi ketika orang-orang Palestina berkumpul untuk makan berbuka puasa di rumah mereka yang digusur. Keluarga tersebut telah mengajukan banding ke Mahkamah Agung Israel.
Pada Kamis malam, sedikitnya 30 orang terluka dan 15 lainnya ditangkap.
Baca juga: MER-C Kutuk Serangan Israel yang Rusak Rumah Sakit di Gaza Hasil Sumbangan Rakyat Indonesia
Baca juga: Pertempuran di Gaza Meningkat, 40 Orang Dilaporkan Tewas
Bentrokan dan penggerebekan kompleks Al-Aqsa
Pada Jumat (7/5/2021), puluhan ribu jamaah Muslim memenuhi kompleks Masjid Al-Aqsa - situs tersuci ketiga Islam untuk berdoa pada Jumat terakhir Ramadhan, dengan banyak yang tetap tinggal untuk memprotes pengusiran tersebut.
Polisi yang dikerahkan secara besar-besaran menembakkan peluru berlapis karet dan granat kejut ke arah pengunjuk rasa yang merespons dengan melempar batu.
Sekira 205 warga Palestina dan 17 perwira Israel terluka.
Setelah akhir pekan yang penuh kekerasan, pasukan keamanan Israel pada Senin melakukan serangan kilat di kompleks Al-Aqsa.
Mereka sekali lagi menembakkan peluru berlapis karet, gas air mata dan bom suara ke jemaah yang berkumpul, memicu kemarahan internasional dan melukai lebih dari 300 warga Palestina.
Sekira 20 perwira Israel juga terluka.
Hamas kemudian mengumumkan telah memberikan ultimatum bagi Israel untuk memindahkan pasukan keamanannya dari kompleks Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah pada pukul 18.00 waktu setempat atau pukul 15:00 GMT.
Baca juga: Balas Serangan Israel di Gaza, Hamas Tembakkan Ratusan Roket ke Tel Aviv
Serangan udara Israel, roket Hamas
Pada Selasa pagi (11/5/2021), Hamas telah menembakkan sekitar 200 roket ke Israel, menurut militer Israel, termasuk beberapa yang ditargetkan ke Yerusalem, dengan banyak dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel.
Setidaknya dua orang Israel tewas.
Sementara itu, serangan udara Israel, yang menghantam gedung apartemen serta sasaran lainnya, menewaskan sedikitnya 26 warga Palestina, termasuk anak-anak, kata otoritas kesehatan di Gaza pada Selasa.
Meskipun seruan internasional untuk menurunkan ketegangan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa mengumumkan "kemungkinan serangan dan frekuensi serangan akan ditingkatkan" di Gaza.
Baca juga: Hamas: 130 Roket Ditembakkan ke Arah Tel Aviv setelah Blok Menara Gaza Hancur oleh Serangan Israel
Pemimpin Hamas Ismail Haniya mengatakan kepada mediator bahwa kelompok itu "siap" jika Israel meningkatkan serangannya di Jalur Gaza yang terkepung, dengan mengatakan: "Jika mereka (Israel) ingin meningkat, perlawanan sudah siap; dan jika mereka ingin berhenti, perlawanan sudah siap. "
Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland telah memperingatkan bahwa situasi sedang meningkat menuju "perang skala penuh".
Terjemahan: Kami meningkat menuju perang skala penuh.
Para pemimpin di semua sisi harus memikul tanggung jawab deeskalasi.
Biaya perang di Gaza sangat menghancurkan & dibayar oleh orang-orang biasa.
PBB sedang bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan.
Hentikan kekerasan sekarang
Berita lain terkait Israel Serang Jalur Gaza
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)