Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Tahun ini merupakan kali kedua bagi banyak Muslim Malaysia menjalani Hari Raya Idul Fitri terpisah dari keluarga, karena diberlakukannya sistem pembatasan perjalanan antar negara bagian dan antar distrik negara itu untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).
Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu perayaan terbesar di Malaysia dan menandai akhir bulan suci Ramadan.
Sedangkan 'Balik kampung' atau kegiatan kembali ke rumah keluarga dari perantauan telah menjadi agenda tahunan yang wajib dilakukan warga Malaysia, baik mereka yang Muslim maupun non-Muslim.
Biasanya, aktivitas ini menyebabkan kemacetan besar-besaran selama beberapa hari sebelum dan sesudah hari raya.
Baca juga: Hendak Jalani Pengobatan ke Turki, Ashanty dan Keluarganya Rayakan Lebaran di Dubai: Nunggu Lockdown
Dikutip dari laman Malay Mail, Kamis (13/5/2021), Idul Fitri identik dengan kegiatan seperti mengunjungi keluarga dan teman untuk saling memaafkan, mengunjungi kuburan leluhur, kemudian beribadah di masjid.
Hingga mengunjungi kerabat dan teman untuk sekadar bercengkerama sambil menyantap hidangan tradisional Melayu seperti rendang, ketupat, lemang serta lontong.
Baca juga: Menaker Ida: Meski Tanpa Mudik, Tidak Menghilangkan Semangat Bersilahturahmi dan Bermaafkan
Namun mirisnya, sejak tahun lalu, pandemi Covid-19 telah menghentikan seluruh tradisi ini karena pemerintah memberlakukan perintah kontrol pergerakan yang ketat (MCO) untuk mencegah penyebaran virus tersebut di negara itu.
Satu tahun kemudian yakni tahun ini, situasinya pun sama saja bagi mereka yang biasanya melakukan perjalanan 'pulang' untuk musim perayaan.
Hal itu karena pemerintah memberlakukan kembali sistem penguncian (lockdown) nasional lainnya yang dimulai pada malam menjelang Idul Fitri.
Bagi seorang perempuan pensiunan yang memiliki tiga anak, Siti Rohani Ahmad Daud, salah satu hal paling menyedihkan dari larangan 'balik kampung' ini adalah dirinya tidak dapat pulang ke rumah untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarganya.
Siti Rohani mengaku sedih tidak bisa melihat ibunya yang semakin menua.
"Beliau (ibu saya) semakin tua dari tahun ke tahun. Saya belum bisa pulang ke Penang untuk melihatnya sejak pandemi Covid-19 dan perintah kontrol pergerakan pertama diberlakukan. Ini adalah Hari Raya kedua yang saya jalani tanpa beliau," kata Siti Rohani.
Tidak bisa bertemu dengan sang ibu pada Hari Raya kali kedua selama pandemi Covid-19 pun membuat perempuan berusia 60 tahun ini menyimpan kerinduan yang teramat dalam.