Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Pemerintah Taiwan mengatakan pada Selasa kemarin bahwa semua sekolah akan ditutup hingga 28 Mei mendatang, karena adanya laporan dua kematian dalam gelombang terbaru virus corona (Covid-19).
Meskipun peningkatan kasus positif di negara pulau itu sedikit mengalami pelambatan.
Dikutip dari laman The Straits Times, Rabu (19/5/2021), Taiwan melaporkan 240 kasus Covid-19 domestik baru pada hari Selasa kemarin, angka ini turun dari 333 kasus yang tercatat pada Senin lalu.
Perlu diketahui, negara itu telah melaporkan hampir 1.000 kasus infeksi domestik baru selama sepekan terakhir.
Hal ini akhirnya membuat pemerintah Taiwan menerapkan pembatasan baru di wilayah ibu kota, Taipei, yang tentu saja membuat penduduk merasa kaget karena mulai terbiasa hidup normal dengan pandemi yang diklaim terkendali secara baik.
Baca juga: Ditemukan Batu dan Besi dalam Perut Kambing dan Sapi di Tulungagung, Warga Sebut Hewan Itu Disantet
Baca juga: Dirjen Pemasyarakatan Luncurkan SABer PAS Sebagai Bentuk Keterbukaan Informasi
Baca juga: Pemain yang Tolak Timnas U-19 Indonesia Alami Periode Sulit di Liga Belanda
Menteri Pendidikan Taiwan Pan Wen Chung mengatakan bahwa mulai Rabu waktu setempat, semua sekolah di seluruh wilayah Taiwan akan ditutup hingga 28 Mei 2021.
Pembelajaran yang biasa dilakukan secara offline di kelas pun akan diadakan secara online.
Sementara itu Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih Chung mengumumkan terjadinya 240 kasus Covid-19 domestik baru.
"Angka ini turun dari 333 kasus yang dilaporkan pada hari Senin lalu," kata Chen.
Chen juga menyampaikan laporan dua kematian baru, sehingga total kasus kematian sejak awal pandemi di negara itu menjadi 14 orang.
Kendati demikian ia memperingatkan, peningkatan kecil pada jumlah kasus ini tidak mengindikasikan bahwa virus tersebut telah dikendalikan.
"Kami tidak melihat ini dengan optimisme ya, namun sebagian besar kasus yang dilaporkan adalah kasus ringan," tegas Chen.
Pemerintah Taiwan menjelaskan bahwa mereka yang mengalami infeksi ringan atau tanpa gejala dapat menjalani isolasi mandiri di rumah di bawah pengawasan karantina.
Sebelumnya, kasus domestik telah terkonsentrasi di wilayah Taiwan utara dan diduga terkait dengan penularan diantara pilot dan hotel di bandara internasional utama Taipei, meskipun pemerintah tidak yakin dengan rantai penularan itu.
Taiwan telah melaporkan total 2.260 kasus sejak dimulainya pandemi pada awal 2020.
Salah satu pasien yang meninggal pada hari Selasa kemarin adalah seorang laki-laki berusia 86 tahun yang menderita berbagai penyakit kronis.
Ia merupakan orang pertama yang meninggal karena virus tersebut sejak kasus positif yang ditularkan di dalam negeri ini mulai mengalami lonjakan pada akhir April lalu.
Pasien tersebut termasuk diantara sekelompok pasien positif yang dirawat di Rumah Sakit Far Eastern Memorial di New Taipei City.
Sementara dua perawat yang menanganinya juga telah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 setelah menjalani kali kedua pemeriksaan.
Kedua perawat itu kini tengah menjalani masa karantina di bangsal isolasi rumah sakit itu.
Perlu diketahui, rumah sakit tersebut pun dijadwalkan melakukan pemeriksaan putaran ketiga pada hari Rabu ini.
Karena dua kasus tambahan baru itu mengindikasikan bahwa dalam klaster rumah sakit itu kini terdapat 11 kasus positif dengan satu kasus kematian.
Sementara itu, Taiwan tengah memobilisasi korps diplomatiknya untuk mengamankan pengiriman vaksin Covid-19 agar bisa dikirim lebih cepat.
Kondisi ini menjadi lebih mendesak sejak peningkatan 'mendadak' dalam kasus domestik di negara yang telah melakukan vaksinasi terhadap kurang dari 1 persen populasinya.
Taiwan yang merupakan sebuah pusat manufaktur semikonduktor utama, sejauh ini hanya menerima sekitar 300.000 dosis vaksin untuk lebih dari 23 juta penduduknya.
Semuanya merupakan vaksin AstraZeneca dan secara cepat dosis tersebut pun dinyatakan habis.
Dalam pernyataan yang diterbitkan pada hari Selasa kemarin oleh Kantor Berita Pusat resmi Taiwan, Duta Besar de facto Taiwan untuk Amerika Serikat (AS), Hsiao Bi Khim mengatakan bahwa ia sedang melakukan pembicaraan dengan AS untuk mendapatkan bagian dari dosis vaksin Covid-19 yang rencananya akan didonasikan Presiden AS Joe Biden ke luar negeri.
"Kami sedang dalam negosiasi dan memperjuangkannya," kata Hsiao.
Hsiao mengatakan bahwa meskipun pembelian vaksin adalah hak Kementerian Kesehatan Taiwan, kantornya memiliki peran untuk berbicara dan melakukan negosiasi dengan AS untuk mempercepat permintaan tersebut.
Sementara itu, Biden menyampaikan bahwa AS akan mengirim setidaknya 20 juta lebih dosis vaksin ke luar negeri pada akhir Juni mendatang.