TRIBUNNEWS.COM - Bom meledak di pinggir jalan di provinsi Parvan, Afghanistan utara, Sabtu (29/5/2021).
Pejabat terkait menuturkan, ledakan bom mengghantam minibus yang membawa dosen dan mahasiswa, menewaskan sekira empat orang dan melukai 11 lainnya.
Dilansir Al Jazeera, Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tariq Arian membeberkan, minibus tersebut tengah mengantar rombingan itu dari Ibu Kota provinsi Charikar ke Universitas Alberoni di Kapisa.
Sementara, berdasarkan penuturan Juru bicara kepolisian provinsi Kapisa, Shayeq Shoresh menyebut bom itu diledakkan dengan remote control.
Baca juga: 10 Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Merauke, Disebut akan Mengebom Gereja Minggu Besok
Baca juga: Tangan Pemuda Ini Putus, Bom Babi yang Dirakit Tiba-tiba Meledak, Kini Terancam Hukuman Seumur Hidup
Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan mengatakan setidaknya dua dari korban tewas adalah dosen di Universitas Alberoni.
Kementerian Pendidikan lantas menambahkan bahwa yang terluka akibat hantaman ledakan termasuk dekan universitas dan beberapa mahasiswa.
"Beberapa yang terluka berada dalam kondisi kritis," kata Hamed Obaidi, juru bicara kementerian pendidikan tinggi.
TOLO News Afghanistan melaporkan bahwa serangan itu terjadi sekitar pukul 3:15 sore waktu setempat atau 10:45 GMT.
Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Taliban menyangkal keterlibatan mereka.
Baca juga: Selepas Kalah dari Afghanistan, Shin Tae-yong Ubah Sesi Latihan Timnas Indonesia
Serangan Serupa
Sebagian besar Afghanistan yang dilanda perang telah dikotori dengan bom dan ranjau darat.
Banyak yang ditanam oleh pejuang untuk menargetkan konvoi militer, tetapi mereka malah sering membunuh warga sipil.
Serangan mematikan sebelumnya di Universitas Kabul pada November tahun lalu diklaim oleh kelompok ISIS.
Baca juga: Pakar Ekspresi Analisis Video Klarifikasi Felicia Tissue soal Kaesang, Sebut Ada Kesedihan dan Marah
Serangan Sabtu kemarin terjadi beberapa minggu setelah 2.500 hingga 3.500 tentara AS yang tersisa secara resmi mulai meninggalkan negara itu.
Para tentara AS dijadwalkan untuk meninggalkan wilayah tersebut paling lambat 11 September 2021.
Penarikan pasukan AS dilakukan di tengah kebangkitan kembali Taliban, yang mengendalikan atau menguasai lebih dari setengah Afghanistan.
Di bawah perjanjian yang ditandatangani oleh Taliban dan AS tahun lalu, Washington akan menarik pasukan dengan imbalan jaminan keamanan Taliban dan agar kelompok itu memulai pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir , kekerasan di negara itu terus meningkat.
Baca juga: Tiga Kekuatan Baru yang Muncul Saat Timnas Indonesia Dikalahkan Afghanistan
Tiga pekan lalu, Al Jazeera melaporkan serangan bom di luar sekolah di Ibu Kota Kabul menewaskan 68 orang, sebagian besar pelajar, dan melukai 165 lainnya.
Bulan lalu, PBB menuturkan bahwa hampir 1.800 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka dalam tiga bulan pertama tahun 2021 selama pertempuran antara pasukan pemerintah dan pejuang Taliban.
Berita lain terkait Afghanistan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)