TRIBUNNEWS.COM - Empat bulan kudeta militer Myanmar, pengunjuk rasa turun ke jalan pada Selasa (1/6/2021) di beberapa distrik.
Dikutip dari Channel News Asia, sebuah foto yang diposting oleh surat kabar Irrawaddy di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa anti-militer di ujung selatan Myanmar menggelar pawai di Laung Lone.
Di pusat Kota Yangon, sekelompok pengunjuk rasa yang sebagian besar masih muda, berunjuk rasa di distrik Kamayut.
Foto-foto aksi demonstrasi itu diunggah oleh portal berita Myanmar Now.
"Ini belum berakhir. Giliran kita masih ada," demikian tulisan yang tertulis di selembar kertas yang dibawa oleh salah satu pengunjuk rasa.
Baca juga: Wartawan AS Ditahan di Myanmar saat Mencoba Naik Pesawat untuk Pulang
Baca juga: Amerika Puji Kepemimpinan Indonesia Tangani Krisis di Myanmar
Sementara itu, militer Myanmar masih berjuang untuk menegakkan ketertiban setelah menangkap Aung San Suu Kyi dan para pemimpin senior partainya.
Untuk itu, pengunjuk rasa di daerah perkotaan harus menjadi lebih gesit demi menghindari pasukan keamanan.
Seperti diketahui, pasukan keamanan tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan seperti menembakkan peluru tajam kepada pengunjuk rasa.
Sama halnya dengan daerah perkotaan, aksi melawan militer juga berlangsung di daerah perbatasan.
Konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun antara militer dan tentara etnis minoritas di daerah perbatasan kembali menyala sejak kudeta.
Milisi etnis yang bersekutu dengan pemerintah sipil bayangan telah meningkatkan serangan terhadap tentara, yang menanggapi dengan senjata berat dan serangan udara.
Rekaman telepon seluler yang diperoleh dari seorang penduduk di Negara Bagian Kayah yang berbatasan dengan Thailand menunjukkan apa yang tampak seperti artileri.
Artileri ditembakkan dari wilayah Ibu Kota Negara Bagian Loikaw ke Demoso, sekitar 14,5 km jauhnya.
Penduduk di Loikaw mengatakan bahwa sekitar 50 peluru telah ditembakkan pada Senin dan enam pada Selasa pagi.