TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan mengganti nama varian virus Covid-19 dengan huruf alfabet Yunani.
Hal ini untuk menghindari laporan yang salah dan stigmatisasi negara tempat varian itu terdeteksi pertama kali.
Melansir Al Jazeera, sistem baru ini berlaku untuk varian yang menjadi perhatian, di mana empat di antaranya beredar dan varian tingkat kedua sedang dilacak.
"Meskipun mereka memiliki kelebihan, nama ilmiah ini bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan terhadap kesalahan pelaporan," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
"Akibatnya, orang sering menggunakan sebutan varian berdasarkan tempat di mana mereka terdeteksi, yang menstigmatisasi dan diskriminatif."
Terjemahan: Hari ini, @WHO mengumumkan label baru yang mudah diucapkan untuk # SARSCoV2 Variants of Concern (VOCs) & Interest (VOIs).
Mereka tidak akan menggantikan nama ilmiah yang sudah ada, tetapi ditujukan untuk membantu dalam diskusi publik tentang VOI/VOC
Baca selengkapnya di sini (akan disiarkan langsung segera):
Baca juga: UPDATE Haji 2021: Arab Saudi Belum Beri Kepastian, Pemerintah Usahakan Vaksin Johnson & Johnson
Empat varian virus corona yang dianggap mengkhawatirkan oleh WHO dan dikenal umum oleh publik sebagai varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India.
Kini varian tersebut telah diberi huruf Alpha, Beta, Gamma, Delta sesuai urutan pendeteksiannya.
Varian lain akan terus mengikuti urutan alfabet.
WHO dalam pernyataan itu mendorong media dan otoritas nasional untuk mengadopsi label baru tersebut.
Baca juga: Jokowi: Diperlukan Cara-cara Baru yang Luar Biasa untuk Pendalaman Nilai-nilai Pancasila
Baca juga: Varian Covid-19 Kombinasi India dan Inggris Ditemukan di Vietnam, Menyebar Melalui Udara
Aksi Kekerasan Melonjak Selama Pandemi
Awal bulan ini, Presiden AS Joe Biden menandatangani undang-undang kejahatan rasial yang bertujuan melindungi orang Asia-Amerika yang mengalami lonjakan serangan selama pandemi COVID-19.
Kelompok anti-ekstrimisme AS mengatakan, jumlah serangan dan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika telah meledak sejak awal krisis.
Mereka menyalahkan mantan Presiden Donald Trump, yang berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China".
Baca juga: Ini Alasan Adegan BTS pada Friends: The Reunion Dihapus dari Siaran China
Baca juga: Pemerintah Teliti Potensi Lonjakan Covid-19 di Kudus Akibat Mutasi Virus Baru
Penuh Pertimbangan
Pilihan alfabet Yunani datang setelah berbulan-bulan, menurut bakteriolog Mark Pallen yang terlibat dalam pembicaraan.
Namun banyak yang sudah menjadi merek, perusahaan, atau nama asing.
Gagasan lain untuk merujuk pada varian yang menjadi perhatian sebagai VOC1, VOC2 dan lain-lain dibatalkan setelah menunjukkan, kata itu menyerupai kata umpatan bahasa Inggris.
Baca juga: Update Corona Global 1 Juni 2021: Infeksi Covid-19 di Amerika Tembus 34 Juta Kasus
Secara historis, virus sering dikaitkan dengan lokasi asal muasal virus tersebut seperti Ebola yang dinamai menurut nama sungai Kongo.
Tapi ini bisa merusak tempat dan seringkali tidak akurat seperti dengan apa yang disebut pandemi "flu Spanyol" 1918 yang asal-usulnya tidak diketahui.
Berita lain terkait Varian Baru Virus Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)