News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel Serang Jalur Gaza

Korea Utara Sebut Israel Mengubah Jalur Gaza Jadi Tempat Jagal Manusia dan Anak-anak

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar ini dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA) resmi Korea Utara pada 1 Januari 2021 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menulis surat tulisan tangan untuk semua orang di Tahun Baru 2021.

TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara mengutuk Israel karena membunuh banyak warga Palestina di Jalur Gaza, menyusul konflik kekerasan antara Hamas di Gaza dengan Israel bulan lalu.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/6/2021), Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan "kejahatan mengerikan Israel membunuh anak-anak seperti tunas, belum berkembang, merupakan tantangan berat bagi masa depan umat manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan."

"Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa seluruh Jalur Gaza telah berubah menjadi rumah jagal manusia yang besar dan tempat pembantaian anak-anak," lanjut kementerian tersebut.

"Segera setelah pemboman berakhir, (Perdana Menteri Israel) Netanyahu dan pihak berwenang Israel berusaha menyembunyikan kejahatan mereka membunuh bahkan anak-anak," bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari Newsweek dan MSN

Baca juga: Jokowi-Erdogan Didorong Bertemu di Jakarta untuk Atasi Konflik Palestina

Baca juga: Si Kembar Penentang Pengusiran Palestina di Sheikh Jarrah: Dibebaskan Israel

Gambar ini diambil pada 14 Januari 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 15 Januari menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberi isyarat dari tribun selama parade militer merayakan Kongres ke-8 Partai Pekerja Korea (WPK) di Pyongyang. (KCNA VIA KNS / AFP)

Lebih lanjut, Korea Utara menyebut media internasional turut mengecam Israel karena terus membunuh anak-anak Palestina.

Israel juga disebut menyebabkan warga Palestina terusir dan melakukan tekanan pada kepercayaan.

Pernyataan dari Korea Utara ini muncul pada 4 Juni lalu.

Itu bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Anak-anak Tak Bersalah Korban Agresi (International Day of Innocent Children Victims of Aggression).

Peringatan ini ditetapkan PBB untuk menandai agresi Israel terhadap korban anak-anak di Palestina dan Lebanon pada Agustus 1982.

Saat ini Palestina dan Israel masih dalam kondisi gencatan senjata setelah konflik pada bulan lalu.

Bentrokan terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza, menghancurkan ribuan bisnis, rumah, dan menggusur lebih dari 100.000 orang di wilayah tersebut.

PBB mengatakan, sekitar 240 warga Palestina meninggal dalam 11 hari konflik.

Masih Terus Digempur, Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Bertambah Jadi 103 Orang ( Foto: Anadolu Agency)

Sementara itu dilaporkan sedikitnya 12 orang tewas di Israel.

Korea Utara sudah lama mengakui kedaulatan Palestina atas semua wilayah yang diduduki Israel, kecuali Dataran Tinggi Golan.

Pyongyang menganggap Israel sebagai 'satelit imperialis'.

Menurut negara komunis ini, Israel bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis yang dianutnya.

Selama beberapa dekade, rezim Kim Jong Un dan pemimpin Korea Utara terdahulu memihak kelompok pejuang Palestina termasuk Hamas.

Pada 1990-an, mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Il membantu mantan duta besar Palestina untuk Korea Utara, Mustafa Safarini menjalani perawatan kesehatan, menurut NK News.

Solidaritas Pyongyang atas pembebasan Palestina juga telah membuat Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan kawasan Arab.

Satu Juta Warga Palestina Ditangkap Israel 

Sekitar satu juta warga Palestina telah ditangkap pasukan Israel terhitung sejak Perang Timur Tengah 1967.

Ini merupakan perhitungan dari LSM lokal pada Sabtu (5/6/2021) lalu.

Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs mengatakan bahwa di antara jumlah itu, ada puluhan ribu anak dan wanita.

"Sekitar 17.000 perempuan dan anak perempuan dan 50.000 anak-anak termasuk di antara mereka yang ditahan," kata Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs dalam sebuah pernyataan.

Dilansir Anadolu Agency, LSM itu mengatakan, lebih dari 54.000 perintah penahanan administratif dicatat sejak 1967.  

Kebijakan penahanan administratif memungkinkan pihak berwenang Israel memperpanjang penahanan seorang tahanan tanpa tuduhan atau pengadilan.

"Sebanyak 226 tahanan tewas di dalam penjara Israel sejak 1967," tambahnya.

Baca juga: Tangan Jurnalis Al Jazeera Patah Saat Ditangkap Pasukan Israel

Baca juga: Satu Juta Warga Palestina Telah Ditangkap Pasukan Israel sejak Perang Timur Tengah 1967

Pengunjuk rasa Palestina berlindung dari pasukan keamanan Israel di tengah bentrokan di dekat pemukiman Beit El dan Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada 18 Mei 2021. Serangan udara besar dan tembakan roket dalam konflik Israel-Gaza merenggut lebih banyak nyawa di kedua sisi sebagai ketegangan. berkobar dalam protes "hari kemarahan" Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki. (ABBAS MOMANI / AFP)

LSM tersebut mengatakan, semua yang ditahan mengalami "beberapa bentuk penyiksaan fisik atau psikologis, pelecehan moral, dan perlakuan kejam."

Diperkirakan ada 4.500 warga Palestina yang diyakini ditahan di penjara Israel.

Di antaranya adalah 41 wanita dan 140 anak di bawah umur.

Sementara itu, diduga ada 440 tahanan administratif, menurut data yang dikumpulkan organisasi hak-hak tahanan ini.

Selama Perang Timur Tengah 1967, Israel menduduki sejumlah wilayah Palestina.

Di antaranya yaitu Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir.

Namun, Semenanjung Sinai Mesir kemudian dikembalikan ke Mesir di bawah kesepakatan damai 1979 dengan Israel.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini