TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Kaum konservatif Amerika Serikat (AS) pesimis menanggapi rencana pertemuan antara Presiden Joe Biden dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah pemimpin AS itu 'terpeleset kata' dalam sebuah pidato.
Ia mengira Suriah sebagai Libya dan secara keliru mengklaim Rusia terlibat dalam konflik dengan Libya.
"Kami dapat bekerja sama dengan Rusia, misalnya di Libya. Kita harus membuka jalan untuk dapat memberikan bantuan pangan dan ekonomi. Maksud saya, bantuan vital bagi populasi yang benar-benar bermasalah," kata Biden dalam konferensi pers yang diadakan saat akhir KTT G7 di Cornwall, Inggris, pada hari Minggu kemarin.
Perlu diketahui, perjalanan aman bagi para pengungsi serta bantuan makanan, seperti yang digambarkan Biden, merupakan masalah yang berkaitan dengan perang saudara di Suriah, bukan konflik di Libya.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (14/6/2021), berbeda dengan pemerintahan mantan Presiden Barack Obama yang turut campur tangan dalam kedua konflik, mempersenjatai milisi pemberontak, melancarkan kampanye udara di Suriah, serta menggulingkan Moammar Gaddafi di Libya sebagai bagian dari kampanye pemboman NATO pada tahun 2011.
Baca juga: Joe Biden Langgar Protokol Kerajaan saat Bertemu Ratu: Datang Terlambat dan Pakai Kacamata Hitam
Rusia hanya mengambil bagian dalam satu konflik saja yakni mendukung pemerintahan Bashar Assad dan menyerang kelompok teroris ISIS di Suriah.
"Ngomong-ngomong, ada tempat-tempat di mana," kata Biden kemudian terdiam, sebelum kembali menuduh Rusia terlibat dalam konflik di Libya.
Mantan Wakil Presiden AS itu pun kemudian meminta Rusia justru berinvestasi di Libya.
"Masalah serius yang akan mereka hadapi, misalnya pembangunan kembali Suriah, Libya, karena 'mereka (Rusia) ada di sana," kata Biden kembali menyebut Rusia terlibat dalam konflik di Libya, bukan Suriah.
Pidato Biden yang 'berputar-putar' dan penuh kesalahan itu pun dijadikan lelucon oleh kaum konservatif, yang terus-menerus mengklaim bahwa ketajaman mental Presiden AS itu 'payah'.
"Saya hampir tidak berhasil menyimak ini dan ini hanya 94 detik, saya tidak tahu harus berkata apa," cuit Jack Posobiec dalam akun Twitternya.
Desas-desus 'penurunan kognitif' telah 'mengganggu' Biden sejak dirinya mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden AS pada 2019 lalu.
Sejak menjabat menggantikan Donald Trump, beberapa insiden pun terjadi, Biden lupa nama pejabatnya sendiri dan kehilangan pemikirannya di tengah kalimat saat berbicara dalam konferensi pers.
Hal inilah yang akhirnya meningkatkan spekulasi terkait kondisi ingatannya.