News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Delta Plus Muncul sebagai Mutasi Baru dari Varian Delta, Ini Penjelasan dan Perbedaannya

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Gejala Covid-19 Varian Delta. WHO peringatkan bahaya varian Delta.

TRIBUNNEWS.COM - Virus corona telah bermutasi berulang kali sejak muncul di China pada akhir 2019.

Ada beberapa varian yang muncul selama pandemi yang telah mengubah risiko dan gejala virus.

Beberapa varian tersebut seperti Alpha kemudian varian Delta yang telah menjadi strain dominan secara global dan yang kini mendapat perhatian adalah varian Delta Plus.

Varian Delta ditemukan di India di mana ia memicu lonjakan ekstrim dalam kasus Covid-19 sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Baca juga: Fakta-fakta Mengenai Varian Delta Plus

Namun kini telah muncul mutasi dari varian tersebut, yang disebut Delta Plus yang mulai mengkhawatirkan para pakar global.

India telah memperhatikan varian Delta Plus sebagai karena ada kekhawatiran bahwa varian ini berpotensi lebih menular.

ILUSTRASI Gejala Covid-19 Varian Delta (Freepik)

Dikutip dari CNBC News pada 16 Juni 2021 kasus varian Delta Plus juga telah diidentifikasi di Amerika Serikat, Kanada, India, Jepang, Nepal, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, dan Turki.

Sebanyak 200 kasus virus corona varian Delta Plus diketahui telah tersebar di 11 negara di seluruh dunia.

Dilansir Tribunnews dari CNN, pejabat kesehatan mengungkapkan versi baru dari varian Delta dilaporkan telah menginfeksi sejunlah negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat dan India.

Strain yang menjadi perhatian media global ini disebut B.1.617.2.1 atau AY.1, singkatnya Delta Plus.

Sebelumnya World Health Organization (WHO) memperingatkan varian Delta berpotensi menjadi lebih mematikan daripada virus corona yang berasal dari Wuhan.

Baca juga: Peneliti China: Dua Vaksin Covid-19 Buatan  China Kurang Efektif Melawan Varian Delta

Baca juga: Studi Terbaru Ungkap Covid-19 Pertama Muncul di China pada Oktober 2019, Ahli: Bukan Buatan Manusia

Varian Delta disebut lebih cepat menular dan membuat pasien menjadi sakit parah.

Hal ini diungkapkan Dr. Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO.

Menurutnya varian Delta menjadi varian paling dominan di seluruh dunia.

Varian Delta yang sangat menular adalah jenis virus corona tercepat dan terkuat yang pernah ada dan akan mengambil orang yang paling rentan, terutama di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah.

“Varian Delta ini lebih cepat, lebih bugar daripada varian sebelumnya, dan oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka tetap berada pada risik tertinggi,” kata Ryan.

Bahkan WHO melabeli varian Delta sebagai varian yang menjadi perhatian bulan lalu.

Sebuah varian dapat diberi label sebagai 'perhatian' jika terbukti lebih menular, lebih mematikan, atau lebih resisten terhadap vaksin.

Seorang petugas medis melakukan tes Swab pada seorang wanita Indonesia untuk Corona Virus (Covid-19) di Surabaya. Senin. (4/5/2020). (AFP/Juni Kriswanto) (AFP/JUNI KRISWANTO)

Baca juga: Varian Delta Bikin Sydney Hadapi Masa Paling Menakutkan Sejak Pandemi Dimulai

Baca juga: Varian Delta Catat 20 Persen Kasus Baru Covid-19 AS, Ahli Medis Prediksi Akan Jadi Strain Dominan

"Varian Delta sekarang menggantikan Alpha, varian yang sangat menular yang melanda Eropa dan kemudian AS awal tahun ini," ujar Dr. Paul Offit, Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia dikutip Tribunnews dari CNBC News, Kamis (24/6/2021).

Maria Van Kerkhove, Pejabat Teknis WHO untuk Covid-19 mengungkapkan varian Delta kini telah menyebar ke 92 negara.

Varian ini membuat setidaknya 10% dari semua kasus baru di Amerika Serikat.

Inggris baru-baru ini melihat varian Delta menjadi strain dominan di sana, melampaui varian Alpha yang pertama kali terdeteksi disana.

Varian Delta sekarang membuat lebih dari 60% kasus baru di Inggris

Ia mengatakan ada laporan bahwa varian delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut.

Namun ada tanda-tanda varian Delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya.

"Tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan tinggi dan mematikan, tetapi varia Delta adalah yang paling mampu dan tercepat dan terkuat dari virus-virus lainnya,” kata Maria.

Maria mengungkapkan jika saat ini belum ada vaksin yang tepat untuk melindungi dari bahaya varian Delta.

WHO telah mendesak negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat untuk menyumbangkan dosis vaksinnya.

Studi menunjukkan varian Delta 60% lebih mudah menular daripada Alpha yang sebelumnya disebut lebih menular daripada jenis asli yang muncul dari Wuhan, Cina pada akhir 2019.

Kementerian Kesehatan Indonesia menemukan indikasi varian Delta menulari anak-anak.

Protokol Kesehatan

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-​19 Alexander Ginting memprediksi kasus Covid-19 di Indonesia akan mengalami pelandaian pada pertengahan bulan Juli 2021.

Alex mengatakan pelandaian dapat terjadi jika pengendalian zonasi berbasis Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dapat dimaksimalkan.

"Kalau misalnya zonasi-zonasi ini bisa dikunci, itu pertengahan Juli tentunya sudah mulai ada pelandaian," ujar Alex dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu (26/6/2021).

Aleks meminta masyarakat untuk membatasi mobilitas serta interaksi terlebih dahulu untuk menurunkan angka Covid-19.

Segala kegiatan yang berpotensi menciptakan kerumuman, menurutnya, harus dihindari.

"Kita berharap kita semua sekarang ini yang ngantor ya 75 persen ada di rumah, dan kemudian mal-mal itu jangan kita kunjungi dulu. Jangan ada interaksi," tutur Alex.

Meski begitu, Alex mengkhawatirkan lonjakan Covid-19 dapat terjadi kembali jika ada kegiatan perayaan keagamaan maupun kebudayaan.

"Sehingga kita nanti mencapai satu kelandaian di sekitar pertengahan Juli, tapi kalau nanti ada perayaan-perayaan keagamaan, ada perayaan-perayaan budaya. ini yang dikhawatirkan bisa menimbulkan lagi kasus," tutur Alex.

Baca juga: Sempat Ditolak 11 Rumah Sakit, Warga Kemayoran Meninggal setelah Sehari Isoman karena Positif Covid

Alex mengingatkan masyarakat bahwa virus corona dapat terus berkembang biak karena manusia terus saling menularkan.

Virus ini, kata Alex, terus muncul akibat interaksi masyarakat dan ketidaktaatan terhadap protokol kesehatan.

"Oleh karena itu kalau kita dekat-dekat. Kita tidak menjaga jarak berarti kita memberi kesempatan virus untuk bereplikasi. Kita tidak memakai masker, berarti kita memberi kesempatan untuk virus mencari host-nya untuk dia bisa berkembang biak di situ," jelas Alex.

Sehingga, dirinya meminta masyarakat mengetahui risiko yang dapat terjadi jika terus berinteraksi tanpa memperhatikan protokol kesehatan. 
 

(Tribunnews.com/Mohay)

Simak Berita lain Terkait Varian Delta Plus

Update Covid-19

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini