News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Para Ahli di Singapura Sebut Vaksinasi Bisa Kurangi Keparahan Gejala Covid-19

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para Meiko dan Geiko antre untuk divaksinasi Covid-19, Senin (28/6/2021).

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Data dari hasil penelitian para ahli yang dipublikasikan di situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura menunjukkan bahwa vaksinasi dapat mengurangi 'tingkat keparahan' gejala virus corona (Covid-19).

Meskipun mendapatkan vaksinasi tidak dapat menjamin seseorang terhindar dari virus tersebut.

Pada Selasa kemarin, dari 610 kasus lokal mereka yang belum menerima dosis vaksin dan dilaporkan sejak 28 April 2021 dimana 9,2 persen diantaranya posifit Covid-19 dengan perawatan serius.

Mereka bahkan membutuhkan suplementasi oksigen atau perawatan di unit perawatan intensif (ICU).

Baca juga: Utamakan 4 Kebijakan Ini, Pemerintah Singapura Siap Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Dari 9,2 persen itu, 6 diantaranya meninggal karena komplikasi terkait Covid-19.

Sebaliknya, tidak ada kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan terjadi dari kumpulan 289 pasien yang telah menerima satu atau dua dosis vaksin.

Proporsi pasien yang mengembangkan penyakit ini ke tingkat serius juga menunjukkan angka yang lebih rendah pada kelompok yang divaksinasi sebagian.

Ini terlihat dari hanya 7,3 persen pasien saja yang membutuhkan oksigen tambahan atau masuk ke ICU, lantaran telah menerima satu dosis vaksin.

Sedangkan bagi mereka yang divaksinasi secara lengkap atau dua dosis, hanya 1 persen saja yang membutuhkan oksigen tambahan.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (30/6/2021), selama lonjakan kasus baru-baru ini yang terjadi pada 12 hingga 24 Juni lalu, Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) Singapura menyampaikan hasil pengamatan bahwa 35,5 persen dari total jumlah kasus adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.

Varian baru Covid-19 yang disebut B.1.617.2 (delta) dianggap lebih menular bagi mereka yang masuk dalam kategori lanjut usia (lansia).

"Ini berarti bahwa semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko mereka mengalami penyakit parah. Berdasarkan pengamatan kami sejauh ini, tidak ada individu yang telah divaksinasi yang memerlukan ventilasi mekanis, ini sangat kontras dengan mereka yang tidak divaksinasi," jelas Direktur Eksekutif NCID, Profesor Leo Yee Sin.

Dalam menghadapi varian Delta, kata dia, ia bersama tim ahli mengamati bahwa hanya ada sedikit kasus bergejala dan sedikit kasus parah diantara mereka yang divaksinasi, bahkan pada kelompok usia yang lebih tua.

Sementara itu, Departemen Kesehatan (Depkes) Singapura mengatakan bahwa berdasarkan kasus lokal yang dilaporkan sejak 11 April lalu, rata-rata lama rawat inap di rumah sakit adalah lima hari untuk pasien yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Sedangkan delapan hari untuk pasien yang memperoleh vaksinasi hanya separuh saja.

"Dalam banyak kasus, rawat inap di rumah sakit mewajibkan beberapa tes diselesaikan untuk memastikan status infeksi individu dan memantau kondisi pasien untuk memastikan kondisi mereka tidak memburuk," kata Depkes Singapura.

Menurut lembaga tersebut, pasien yang dipulangkan saat telah dinyatakan sembuh, tidak lagi dianggap menular, terlepas dari apapun status vaksinasi mereka.

Dalam konferensi pers baru-baru ini yang diadakan oleh gugus tugas multi-kementerian Singapura yang menangani Covid-19, Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mencatat bahwa sebuah penelitian lokal yang menganalisis 29.000 orang yang dikarantina di Singapura termasuk mereka yang tidak divaksinasi, menemukan bahwa vaksin Covid-19 memberikan perlindungan 79,1 persen melawan Covid-19.

Ini hanya berbeda sedikit dari hasil sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, yang menunjukkan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan mencapai 88 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini