TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan di Afrika Selatan dimulai pekan lalu setelah mantan Presiden Jacob Zuma dipenjara.
Sejauh ini, kerusuhan di Afrika Selatan telah merenggut 72 nyawa.
Polisi dan militer terpaksa menembakkan granat kejut dan peluru karet untuk mengatasi situasi.
Kerusuhan itu berasal dari provinsi asal Zuma, KwaZulu-Natal (KZN).
Zuma menjalani hukuman 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan, setelah gagal muncul untuk penyelidikan korupsi.
Baca juga: Kerusuhan di Afrika Selatan setelah Pemenjaraan Mantan Presiden Zuma Masih Berlanjut, 72 Orang Tewas
Baca juga: Afrika Selatan Dilanda Kerusuhan Mematikan sebagai Buntut Pemenjaraan Jacob Zuma
Aksi massa juga telah menyebar ke provinsi lain seperti Mpumalanga, Gauteng, KwaZulu-Natal, dan Northern Cape.
Gudang dan toko di Johannesburg dan Durban juga dijarah.
Di tengah pelanggaran hukum, pusat vaksinasi Covid-19 ditutup saat negara itu berada di bawah gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Melansir Indian Express, simak beberapa fakta yang dihimpun Tribunnews:
Apa yang memicu protes?
Protes dimulai atas seruan untuk pembebasan Zuma, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden dari 2009-2018 dan menghadapi tuduhan korupsi.
Mantan menteri Kabinet, pejabat tinggi pemerintah dan eksekutif perusahaan milik negara menyatakan, Zuma terlibat dalam korupsi.
Zuma juga menghadapi dakwaan terkait suap yang diduga diterimanya selama kesepakatan pengadaan senjata Afrika Selatan pada 1999.
Kekerasan di Afrika Selatan didorong pemenjaraan Zuma, tetapi insiden ini juga dilatarbelakangi oleh pandemi yang berkecamuk dan menurunnya ekonomi di negara tersebut.