TRIBUNNEWS.COM - Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Dr Maria Van Kerkhove pada konferensi pers Jumat (30/7/2021) mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendalami mengapa varian Delta berpotensi lebih menular dan membuat orang lebih sakit daripada jenis virus corona asli.
Ditemukan pula mutasi tertentu terkait varian Delta, yang lebih mudah menempel pada sel.
"Ada beberapa penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa ada peningkatan replikasi di beberapa model sistem saluran napas manusia," ucapnya, seperti dikutip Tribunnews dari CNBC.
Baca juga: Wabah Varian Delta Menyebar ke 15 Kota di China, Terdeteksi Pertama Kali pada 20 Juli 2021
Baca juga: Lembaga Eijkman Koreksi Dua Kasus di Jambi, Bukan Varian Delta Plus
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah memperingatkan anggota parlemen AS bahwa penelitian baru menunjukkan varian Delta lebih menular daripada flu babi, pilek dan polio.
Dokumen internal dari CDC AS mengungkapkan, varian Delta sama menularnya seperti cacar air dan dapat menyebabkan penyakit parah.
Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh The New York Times, pada Jumat (30/7/2021).
Mengutip Al Jazeera, laporan CDC mengungkapkan, varian Delta mungkin juga bisa menembus perlindungan yang diciptakan dari pemberian vaksin.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa CDC memutuskan untuk mengembalikan aturan pemakaian masker bagi warga yang sudah menerima vaksin penuh.
Baca juga: Dokumen CDC: Varian Delta Menyebar Sama Cepat Seperti Cacar Air, Sebabkan Infeksi Lebih Parah
Baca juga: POPULER Internasional: RS di Thailand Kewalahan | CDC Rekomendasikan Pakai Masker di Dalam Ruangan
Varian Delta tampaknya memiliki jendela transmisi yang lebih lama daripada jenis Covid-19 asli.
Varian ini juga dapat membuat orang tua lebih sakit, bahkan jika mereka telah divaksinasi sepenuhnya.
Pejabat WHO memperkirakan varian berbahaya lainnya juga muncul ketika negara-negara berjuang untuk mendistribusikan vaksin yang menyelamatkan populasi mereka.
Kerkhove mengatakan sangat penting bahwa negara-negara mengikuti langkah-langkah kesehatan masyarakat, seperti mempraktikkan jarak sosial dan memakai masker.
Sementara negara-negara mendistribusikan lebih banyak vaksin di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan tingkat imunisasi terendah.
Varian Delta, yang pertama kali dilaporkan di India, lebih mudah menular daripada virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman, dan cacar, kata laporan itu.
Direktur CDC, Rochelle Walensky mengatakan kepada Times, penelitian baru menunjukkan orang yang divaksinasi dan terinfeksi varian Delta membawa sejumlah besar virus di hidung dan tenggorokan.
Berita lain terkait Virus Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)