TRIBUNNEWS.COM, AS - China saat ini memimpin perolehan medali Olimpiade Tokyo dan berharap kembali merebut predikat juara umum.
Sama seperti ketika Beijing menjadi tuan rumah pesta olahraga terakbar dunia itu pada 2008 lalu.
Tapi bagi publik di Amerika Serikat yang mengikuti peliputan Olimpiade Tokyo, fakta ini tidak terlihat.
Sejumlah media arus utama di AS dan bahkan Komite Olimpiade Nasional AS (USOPC) secara kontroversial memperlihatkan klasemen alternatif yang menunjukkan AS mengungguli China, bertengger di tempat teratas.
Ilusi ini tercipta dengan menghitung jumlah semua medali, alih-alih menghitung perolehan medali emas sebagai kriteria utama.
Baca juga: Update Perolehan Medali Olimpiade Tokyo 2021, Kamis 5 Agustus 2021, Indonesia di Peringkat 43
Dengan memakai "standar emas" Komite Olimpiade Internasional (IOC), China memuncaki klasemen perolehan medali per 4 Agustus dengan 32 medali emas, sedangkan AS di peringkat dua dengan 25 medali emas.
Akan tetapi, klasemen ini tidak tampak di AS.
Sejumlah media, termasuk the New York Times, the Washington Post, dan NBC yang menyiarkan berbagai pertandingan di Olimpiade Tokyo, justru memakai perolehan jumlah total medali.
Alhasil, AS memimpin klasemen dengan 77 medali dan China berada di peringkat dua dengan 70 medali.
Pemilihan standar tersebut menuai kritik di media sosial, bahkan dari sejumlah pendukung kontingen AS. Media Australia, News.com, bahkan menyebut AS "mencurangi" klasemen medali.
Sebuah artikel menulis, "Banyak media besar AS punya cara sendiri dalam membuat peringkat negara di dunia."
"Dan kejutan itu artinya ada negara tertentu yang menjadi paling atas dalam klasemen."
Sebagai contoh, harian the New York Times menggunakan "model alternatif" pada awal kompetisi, 3 Agustus lalu.