Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Media Barat telah blak-blakan melaporkan pemberitaan mengenai perebutan ibu kota Afghanistan, Kabul, yang dilakukan secara cepat oleh gerilyawan Taliban.
Kelompok militan itu telah berhasil menduduki hampir seluruh wilayah Afghanistan, sebelum akhirnya memasuki kota Kabul.
Perlu diketahui, pada 6 Agustus lalu, Taliban telah merebut Lashkargah, pusat administrasi Provinsi Helmand Afghanistan, lalu sepuluh hari kemudian, mereka merebut Kabul.
Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa pemerintahan Afghanistan bisa runtuh sekitar enam bulan setelah penarikan pasukan AS.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (16/8/2021), serangan militan ini muncul dengan dilatarbelakangi penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.
Ini seiring dengan kesepakatan damai yang tercapai antara pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump dan Taliban pada awal 2020.
Baca juga: Menhan Inggris Tegaskan Pasukannya Tidak Akan Kembali Ke Afghanistan
Menariknya, sebagian besar media barat bereaksi sangat kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada hari Minggu kemarin.
Mereka menerbitkan artikel yang menampilkan berita utama dengan judul yang berfokus pada runtuhnya pemerintah Afghanistan, pengunduran diri Presiden Ashraf Ghani, dan pemberontak yang ternyata dapat memasuki kediamannya.
Baca juga: Jusuf Kalla Pastikan KBRI di Afghanistan Tak akan Diusik, Meski Kabul Sudah Jatuh di Tangan Taliban
Pada Minggu kemarin, Taliban telah berhasil menguasai Kabul.
Hal ini yang akhirnya membuat Presiden Ashraf Ghani mengumumkan pengunduran dirinya dan meninggalkan negara itu.
Ia mengatakan keputusannya tersebut didasarkan pada keinginannya untuk mencegah kekerasan terjadi, karena Taliban diduga siap melakukan serangan di ibu kota.