News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Rusia Tawarkan Kerja Sama dengan CSTO Di Afghanistan tapi NATO Tidak Tertarik

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Milisi Taliban berpatroli di jalan-jalan di Herat, Afghanistan. pada 14 Agustus 2021. (HO/STR/ AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan bahwa negaranya telah menyarankan NATO untuk membuat sebuah algoritma demi bisa berinteraksi di Afghanistan jika terjadi pengevakuasian dalam situasi krisis.

Namun aliansi tersebut tampaknya tidak menunjukkan minat.

"Kami menyarankan kepada anggota NATO untuk membuat algoritma demi bisa berinteraksi dalam upaya penyelamatan, bantuan, evakuasi saat situasi krisis. Tidak ada kepentingan, seperti yang tercantum dalam proposal untuk membangun dialog dan interaksi antara NATO dan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif dalam urusan Afghanistan (CSTO)," kata Grushko.

Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (17/8/2021), Grushko menilai perkembangan yang terjadi di Afghanistan di tengah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO merupakan hasil yang wajar.

Baca juga: Taliban Berkuasa, Joe Biden Salahkan Presiden dan Militer Afghanistan yang Enggan Berjuang

"Ini hasil yang wajar, Yugoslavia, Libya, sekarang Afghanistan. Mungkinkah ekspektasinya berbeda? Satu triliun dihabiskan dengan sia-sia," tegas Grushko.

Pada hari Senin kemarin, Duta Besar Rusia di Kabul, Afghanistan mengatakan bahwa ada prospek bagi perwakilan dari berbagai kekuatan politik Afghanistan untuk memasuki pemerintahan negara itu di masa depan.

Sementara Presiden AS Joe Biden menyampaikan bahwa para pemimpin politik Afghanistan gagal bernegosiasi untuk masa depan negara mereka sendiri.

Ia kemudian menekankan, pasukan AS di Afghanistan seharusnya tidak berperang dalam perang di mana orang Afghanistan sendiri tidak mau berperang.

Di sisi lain, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah 'meletakkan jabatannya' dan melarikan diri dari negara itu pada hari Minggu lalu, setelah Taliban menyelesaikan pengambilalihan negara dengan menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan.

Taliban mengatakan bahwa pemimpin mereka sedang membahas tentang kabinet baru di Doha, Qatar dan mengklaim tetap berhubungan dengan komunitas internasional serta kekuatan politik di Afghanistan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini