News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Afghanistan Dipimpin Taliban, Golkar: Pemerintah Harus Tetap Lanjutkan Hubungan Diplomatik

Penulis: Reza Deni
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pejuang Taliban berjaga-jaga di sepanjang jalan dekat Zanbaq Square di Kabul. Afghanistan. Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota itu mencoba melarikan diri dari kelompok garis keras yang ditakuti. (Wakil Kohsar/AFP)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Legislator Golkar Bobby Rizaldi menilai pemerintah Indonesia harus tetap melanjutkan hubungan diplomatik dengan Afghanistan pasca perpindahan kekuasaan ke tangan Taliban.

Bobby pun menjelaskan alasannya.

"Karena hubungan bilateral ini antarnegara, terlepas siapapun administrasi pemerintahnya," kata Bobby saat dihubungi, Kamis (19/8/2021).

Baca juga: Setelah Diduga Kabur dari Taliban, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Ingin Kembali ke Negaranya

Bahkan lebih dari itu, Anggota Komisi I DPR RI itu mengatakan Indonesia juga harus mendukung upaya perdamaian di Afghanistan, khususnya dalam proses transisi ini.

Namun, dia tetap meminta agar pemerintah Indonesia waspada soal adanya kemungkinan eks Foreign Terorrist Fighters (FTF).

"Sebesar dukungan Indonesia ke Afghanistan, juga tetap harus waspada kiranya ada kepulangan ex-FTF dari sana, atau sebaliknya," pungkasnya.

Baca juga: Norwegia Pasrah Alutsista Mereka Akan Jatuh ke Tangan Taliban

Diketahui, sebelum sampai Kabul, Taliban telah merebut sejumlah kota strategis di Afghanistan.

Kota-kota tersebut di antaranya Herat, Kandahar, Jalalabad, Mizar-i-Shafr dan lainnya. Beberapa di antaranya direngkuh tanpa perlawanan. 

Kelompok Taliban yang sudah menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul dan menduduki Istana Kepresidenan mulai bicara soal susunan pemerintahan baru. 

Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa pemerintahan Afghanistan bisa runtuh sekitar enam bulan setelah penarikan pasukan AS.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (16/8/2021), serangan militan ini muncul dengan dilatarbelakangi penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.

Ini seiring dengan kesepakatan damai yang tercapai antara pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump dan Taliban pada awal 2020.

Baca juga: Taliban Tebar Ancaman kepada Wanita Afghanistan, Aktivis : Saya Menangis dan Takut

Menariknya, sebagian besar media barat bereaksi sangat kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada hari Minggu kemarin.

Mereka menerbitkan artikel yang menampilkan berita utama dengan judul yang berfokus pada runtuhnya pemerintah Afghanistan, pengunduran diri Presiden Ashraf Ghani, dan pemberontak yang ternyata dapat memasuki kediamannya.

Pada hari Minggu kemarin, Taliban telah berhasil menguasai Kabul, hal ini yang akhirnya membuat Presiden Ashraf Ghani mengumumkan pengunduran dirinya dan meninggalkan negara itu.

Ia mengatakan keputusannya tersebut didasarkan pada keinginannya untuk mencegah kekerasan terjadi, karena Taliban diduga siap melakukan serangan di ibu kota

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini