News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Takut Pembalasan Taliban, Sejumlah Lembaga AS Hapus Konten Situs Web Untuk Amankan Warga

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ini diambil pada 29 Februari 2020, menunjukkan salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar berbicara pada upacara penandatanganan perjanjian AS-Taliban di ibukota Qatar, Doha.

TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah lembaga Amerika Serikat yang beroperasi di Afghanistan menghapus konten situs web mereka, seperti artikel dan foto yang membahayakan warga Afghanistan yang bekerja sama dengan mereka dari kemungkinan pembalasan oleh Taliban.

Dikutip dari Al Jazeera, operasi pembersihan situs online dimulai akhir pekan lalu, Ketika semakin jelas bahwa Taliban akan mengambil alih negara ini lebih cepat dari yang diperkirakan.

Ini dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa Taliban atau pendukungnya akan mencari situs web dan mengidentifikasi warga Afghanistan yang telah bekerja dengan Amerika atau setidaknya mendapat keuntungan dari servis mereka.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan kementerian luar negeri memerintahkan personelnya mencari dan menghapus media sosial dan konten situs web yang menampilkan warga sipil karena keamanan kontak Afghanistan sangat penting bagi pemerintah.

“Kebijakan Departemen Luar Negeri adalah hanya menghapus konten dalam situasi luar biasa seperti ini. Dengan melakukan itu, personel departemen mengikuti persyaratan penyimpanan catatan,” kata Price.

Baca juga: Taliban Janji Tidak Akan Ada Balas Dendam, Warga Tinggalkan Ibu Kota Kabul

Baca juga: Taliban Janji Hormati Hak-Hak Perempuan: Wajib Pakai Jilbab, Tidak Harus Burqa

Lembaga Bantuan Internasional AS (USAID) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Lembaga-lembaga yang beroperasi di Afghanistan mulai membersihkan situs-situs itu Jumat (13/8/2021) lalu.

Saat itu sehari setelah AS memutuskan mengirim tambahan militer untuk  mengamankan bandara Kabul saat ibu kota runtuh.

“Mengingat situasi keamanan di Afghanistan, dan karena sangat berhati-hati terhadap keselamatan staf, mitra, dan penerima manfaat kami, kami meninjau situs web publik dan media sosial USAID untuk mengarsipkan konten yang dapat menimbulkan risiko bagi individu dan kelompok tertentu, ” kata Lembaga itu dalam email ke The Associated Press.

Seorang pejabat di Departemen Pertanian (USDA) mengatakan upaya pembersihan serupa sedang dilakukan di sana.

Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak diizinkan untuk berbicara tentang masalah ini.

Baca juga: Muncul Pertama Kali Setelah Kabur, Ghani Bantah Bawa Lari Uang Tunai

Baca juga: Pengamat Nilai Taliban Telah Berubah setelah 20 Tahun, tapi Publik Masih Butuh Waktu untuk Percaya

Upaya Associated Press membuka situs web USDA menunjukkan, setidaknya tujuh tautan berbeda ke siaran pers atau posting blog terkait Afghanistan.

Ketika siaran pers atau postingan itu diklik, default ke halaman yang menyatakan, "Akses ditolak: Anda tidak berwenang untuk mengakses halaman ini."

Sementara banyak perhatian difokuskan untuk melindungi penerjemah Afghanistan dan orang lain yang bekerja dengan militer AS, tentara hanyalah sebagian dari personel AS yang beroperasi di Afghanistan selama dua dekade terakhir.

Organisasi, termasuk USAID, elemen dari departemen pertanian dan lainnya, mulai tiba di Afghanistan pada awal tahun 2002, beberapa bulan setelah penggulingan pemerintah Taliban .

USAID berfokus pada pengembangan infrastruktur negara, sektor pendidikan, dan pertanian.

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson: Negara Barat Tidak Dapat Melanjutkan Operasi di Afghanistan Tanpa Amerika

Baca juga: Zabiullah Mujahid Muncul di Hadapan Publik Pertama Kali, Sebut Tak Ingin Warga Afghanistan Pergi

USAID mengumumkan Juni lalu bahwa AS memberikan lebih dari 266 juta dolar AS bantuan kemanusiaan tambahan untuk membantu warga Afghanistan.

Siaran pers USAID menyebutkan, total bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan berjumlah lebih dari 543 juta dolar AS sejak tahun fiskal 2020.

Disebutkan, dengan angka tersebut, jumlah total bantuan kemanusiaan AS menjadi hampir 3,9 miliar dolar AS sejak 2002, kata rilis tersebut.  (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini