Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Kamis kemarin menyetujui pelonggaran pembatasan virus corona (Covid-19) di wilayah ibu kota, Manila, mulai 21 hingga 31 Agustus mendatang.
Keputusan ini diambil bahkan saat negara itu melaporkan jumlah kasus infeksi Covid-19 harian tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara.
Dikutip dari laman Reuters, Jumat (20/8/2021), Filipina saat ini memang sedang berjuang melawan lonjakan baru dalam kasus infeksi dan kematian.
Sebagian terjadi karena didorong kasus varian Delta yang telah membanjiri rumah sakit, virus ini diketahui lebih cepat menular.
"Wilayah ibu kota, sebuah kawasan perkotaan yang dihuni lebih dari 13 juta orang, akan ditempatkan di bawah tingkat pembatasan paling ketat kedua, setelah diterapkan sistem paling ketat sejak 6 Agustus lalu," kata juru bicara kepresidenan Harry Roque dalam sebuah pernyataan.
Klasifikasi terbaru ini, kata dia, tanpa mengurangi penerapan sistem penguncian granular (lokal) yang ketat.
Baca juga: Ratusan Rumah Sakit Filipina Nyaris Penuh Saat Kasus Covid-19 Melonjak
Namun Roque tidak mengatakan apa yang akan terjadi setelah 31 Agustus, apakah pemerintah akan mengambil keputusan untuk melanjutkan dengan menerapkan kendali yang kurang ketat.
Perlu diketahui, pembatasan yang lebih longgar memang akan memungkinkan kapasitas operasi yang lebih tinggi pada beberapa bisnis.
Namun layanan makan di dalam maupun di luar ruangan serta pertemuan keagamaan akan tetap dilarang.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Filipina pada Kamis kemarin mengkonfirmasi 14.895 kasus infeksi baru.
Angka ini tentu saja menunjukkan terjadinya peningkatan kasus harian tertinggi kedua sejak dimulainya pandemi.
Sementara itu, kasus aktif mencapai 111.720, ini merupakan angka tertinggi selama hampir empat bulan.
Dengan lebih dari 1,79 juta kasus dan 30.881 kematian, Filipina memiliki tingkat infeksi Covid-19 tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia.