TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Rusia untuk Aghanistan memuji perilaku Taliban sejak pengambilalihan kekuasaan, dengan mengatakan tidak ada alternatif selain Taliban dan upaya perlawanan terhadap mereka akan gagal.
Komentar Duta Besar Dmitry Zhirnov, Jumat (20/8/2021), mencerminkan upaya Rusia untuk memperdalam hubungan dengan Taliban.
Dilansir AlJazeera, Rusia juga mengakui Taliban sebagai penguasa sah Afghansitan.
Dalam wawancara bersama Reuters, Zhirnov mengatakan situasi keamanan di Ibu Kota Kabul jauh lebih baik daripada sebelum Taliban mengambil kendali.
Sementara itu, kata pejabat NATO dan Taliban, situasi di sebagian besar wilayah Kabul tenang, kecuali di dalam dan sekitar bandara, di mana 12 orang tewas sejak Minggu (15/8/2021).
Baca juga: Sosok Mariam Ghani, Putri Ashraf Ghani yang Kini Nikmati Hidupnya sebagai Seniman di Brooklyn
Baca juga: Ashraf Ghani Akhirnya Muncul, Bantah Kabur dari Afghanistan, Klaim Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Komentar Zhirnov sangat kontras dengan beberapa politisi dan aktivis hak asasi Barat, yang sangat skeptis bahwa Taliban telah mengurangi kekerasan terhadap apa yang mereka anggap tidak sesuai.
Zhirnov menuturkan fakta di lapangan telah berubah dan Taliban telah membuat serangkaian janji yang menggembirakan.
"Kita tidak bisa mengesampingkan kenyataan, mereka (Taliban) adalah otoritas de facto. Tidak ada alternatif selain Taliban di Afghanistan," ujarnya.
Putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet Afghanistan pada 1980-an, berjanji untuk bertahan menghadapi Taliban bersama kubunya di Lembah Panjhsir di utara Kabul.
Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh, juga mengatakan ia berada di negara itu bersama "presiden sementara yang sah" setelah Ashraf Ghani melarikan diri.
Zhirnov menilai pernyataan Saleh melanggar konstitusi dan upaya kubu Massoud untuk melawan Taliban akan gagal.
"Mereka tidak punya prospek militer. Tidak banyak orang di sana. Sejauh yang kami tahu, mereka memiliki tujuh ribu orang bersenjata. Dan mereka sudah punya masalah terkait bahan bakar."
"Mereka mencoba menerbangkan helikopter, tetapi tidak punya bensin dan persediaan," bebernya.
Zhirnov juga mempertanyakan gagasan bahwa semua orang Afghanistan mencoba pergi dari negara itu karena Taliban.
"Banyak orang sekarang melihat ini (upaya evakuasi) sebagai tiket menuju kehidupan baru (di Barat) dan ini mungkin tidak terkait dengan Taliban," ujarnya menanggapi eksodus yang kacau.
Baca juga: SOSOK Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pulang Kampung setelah 20 Tahun Pengasingan
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Evakuasi Masih Berlanjut
Penerbangan evakuasi dari bandara Kabul telah dimulai kembali setelah jeda singkat beberapa jam karena kepadatan di sebuah pangkalan di Qatar, kata Pentagon pada Jumat (20/8/2021).
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak dapat menjamin hasil akhir evakuasai darurat dari bandara Kabul.
Ia menyebutnya sebagai salah satu operasi pengangkutan udara paling "sulit" yang pernah ada.
"Ini adalah salah satu pengangkutan udara terbesar dan tersulit dalam sejarah," kata Biden dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Jumat, dilansir AlJazeera.
"Saya tidak bisa menjanjikan bagaimana hasil akhirnya."
Biden mengatakan pasukan AS telah menerbangkan 13 ribu orang keluar dari Afghanistan sejak Sabtu (14/8/2021) dan 18 ribu orang sejak Juli.
Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Shabia Mantoo, telah menyambut baik evakuasi warga Afghanistan melalui program bilateral yang terpisah.
Tetapi, ia menekankan bahwa mereka tidak boleh menjadikan "tanggapan kemanusiaan internasional yang mendesak dan lebih luas" sebagai "cadangan".
"Sebagian besar warga Afghanistan tidak dapat meninggalkan negaranya lewat jalur reguler," ujarnya dalam jumpa pers di Jenewa.
Baca juga: DPR Apresiasi Langkah Cepat Pemerintah Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan
Baca juga: Cerita Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan, Sempat Terkendala Kerumunan Massa
"Sampai hari ini, mereka yang mungkin dalam bahaya, tidak memiliki jalan keluar yang jelas," lanjutnya.
Taliban Cari Orang yang Bekerja dengan AS dan NATO
Sebuah laporan penilaian PBB mengatakan pejuang Taliban sedang melakukan kunjungan "dari pintu ke pintu yang ditargetkan" untuk mencari orang-orang yang bekerja sama dengan AS dan NATO, meningkatkan ketakutan akan balas dendam.
Mengutip AlJazeera, laporan rahasia - yang disediakan oleh konsultan PBB dan sejumlah media berita - mengatakan bahwa Taliban punya "daftar prioritas" individu yang akan ditangkap.
Taliban juga disebut mengancam, akan membunuh orang-orang tersebut atau menangkap anggota keluarga mereka jika yang dicari tak menyerahkan diri.
Sebelumnya, sedikitnya dua orang dilaporkan tewas di Asadabad setelah massa turun ke jalan untuk memperingati hari kemerdekaan Afghanistan.
Di mana Taliban melepaskan tembakan yang memicu orang-orang berdesakan.
Tidak jelas, apakah korban tewas karena penyerbuan atau penembakan.
Di Jalalabad, pejuang Taliban menembaki orang-orang yang mengibarkan bendera Afghanistan selama perayaan hari kemerdekaan, melukai seorang pria dan remaja laki-laki.
Baca juga: Petinggi Taliban Bertemu Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul
Baca juga: TNI AU Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)