News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

AS, Inggris, dan Australia Ingatkan Warga Jauhi Bandara Kabul, Khawatir Serangan Teroris

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang petugas medis yang ditugaskan di Divisi Lintas Udara ke-82 Amerika Serikat membantu wanita Afghanistan dan anaknya dalam evakuasi non-tempur di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Rabu (25/8/2021).

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat memperingatkan warga yang mencoba memasuki bandara Kabul untuk meninggalkan daerah itu, sementara Inggris dan Australia menyebut ancaman tinggi dari serangan teroris.

Dilansir dari The Straits Times, peringatan perjalanan yang hampir identik dari London, Canberra dan Washington itu dikeluarkan pada Rabu (25/8/2021) malam itu mendesak orang-orang untuk mengosongkan daerah tersebut dan pindah ke lokasi yang aman.

Ribuan warga Afghanistan dan orang asing yang ketakutan telah membanjiri Bandara Internasional Kabul Hamid Karzai. Mereka berharap dapat melarikan diri dari kekuasaan Taliban.

Peringatan keamanan tentang bandara itu sangat spesifik dan di luar dari kebiasaan.

“Mereka yang berada di Gerbang Biara, Gerbang Timur, atau Gerbang Utara sekarang harus segera pergi,” kata Departemen Luar Negeri AS, mengutip ancaman keamanan yang tidak disebutkan.

Baca juga: AS Sebut Afiliasi ISIS Akan Serang Bandara Kabul Saat Penarikan NATO

Baca juga: Direktur CIA Diam-diam Bertemu Pemimpin Taliban di Kabul, Mungkin Bahas Penarikan Pasukan AS

Peringatan itu dikeluarkan saat kelompok terakhir dari 1.500 orang Amerika yang masih berada di Afghanistan mencoba untuk pergi ke bandara sebelum penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 31 Agustus.

Puluhan ribu warga negara Afghanistan yang ingin melarikan diri dari negeri itu berkemah di luar batas bandara, menunggu penerbangan yang akan mengangkut mereka.

Peringatan senada dikeluarkan Departemen Luar Negeri Australia, yang mengatakan ada ancaman serangan teroris yang sedang berlangsung dan sangat tinggi.

“Jangan bepergian ke Bandara Internasional Kabul Hamid Karzai. Jika Anda berada di area bandara, pindah ke lokasi yang aman dan tunggu saran lebih lanjut,” ungkap peringatan Australia.

London mengeluarkan peringatan serupa, menambahkan bahwa "jika Anda dapat meninggalkan Afghanistan dengan aman dengan cara lain, Anda harus segera melakukannya".

Baca juga: Taliban Peringatkan AS soal Tenggat Waktu Penarikan Pasukan dan Evakuasi: Akan Ada Konsekuensi

Baca juga: Wakil Presiden Afghanistan Sebut Taliban, ISIS dan Al-Qaeda Tidak Ada Bedanya

Tidak segera jelas apa yang mendorong nasihat itu, atau apakah mereka menggambarkan ancaman baru yang spesifik atau mencerminkan kekhawatiran yang sedang berlangsung.

Tetapi seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan AS sedang melacak ancaman spesifik dan kredibel di bandara dari afiliasi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Afghanistan.

Kelompok ini telah melakukan puluhan serangan dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang menargetkan etnis minoritas dan warga sipil lainnya.

Pemerintah AS telah memperingatkan tentang potensi ancaman keamanan di bandara, dan akses ke bandara telah disesuaikan, dengan beberapa gerbang ditutup sementara.

Dalam travel advisory yang saat ini berada di Level 4 (jangan bepergian), warga AS yang masih berada di Afghanistan telah disarankan untuk meninjau kembali rencana keamanan pribadi mereka.

Baca juga: Apa Itu ISIS-K? Kelompok Militan yang Ancam Keselamatan Warga Afghanistan di Bandara Kabul

Baca juga: Taliban Janji Tidak Akan Ada Balas Dendam, Warga Tinggalkan Ibu Kota Kabul

Mereka diminta waspada terhadap lingkungan sekitar dan perkembangan keamanan lokal serta tetap tidak menonjolkan diri.

Seorang diplomat Barat di bandara mengatakan bahwa pada hari Kamis (26/8/2021) ini, kerumunan besar orang memadati gerbang bandara Kabul meskipun ada peringatan kemungkinan serangan oleh militan ISIS.

Diplomat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan sekitar 1.500 pemegang paspor atau visa AS masih berusaha memasuki bandara.

Dia mengatakan penerbangan evakuasi akan dilakukan pada hari Kamis ini setelah tertunda pada hari Rabu.

Washington dan sekutunya telah menerbangkan ribuan warga Afghanistan keluar dari bandara setiap hari dengan transportasi militer.

Baca juga: Taliban Akan Berikan Amnesti kepada Presiden Ashraf Ghani Jika Ingin Kembali

Baca juga: AS Sebut Afiliasi ISIS Akan Serang Bandara Kabul Saat Penarikan NATO

Australia telah mengevakuasi warga dan pemegang visanya selama lebih dari seminggu dari bandara Kabul. Canberra telah mendesak warganya untuk siap diangkut.

Australia Rabu kemarin mengubah sarannya kepada orang-orang di daerah itu.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan, perubahan nasihat perjalanan itu didasarkan pada kekhawatiran yang meningkat akan terjadinya serangan.

“Ada ancaman serangan teroris yang sedang berlangsung dan sangat tinggi,” kata Payne kepada wartawan di Canberra, Kamis (26/8/2021).

Peringatan itu meningkatkan risiko bahwa sejumlah warga Afghanistan yang memegang visa untuk Australia dapat tertinggal saat Canberra bersiap untuk mengakhiri program evakuasinya.

Baca juga: Nasib Pengungsi Afghanistan setelah Melarikan Diri dari Taliban, ke Mana Mereka akan Cari Suaka?

Baca juga: Taliban Menang di Afghanistan, JI dan JAD di Indonesia Diperkirakan Bersuka Cita

Perdana Menteri Scott Morrison, yang sebelumnya mengatakan Australia tidak mungkin dapat mengevakuasi semua orang, menolak berkomentar apakah Australia akan melanjutkan penerbangan hingga batas waktu 31 Agustus.

Morrison mengatakan Australia sekarang telah mengevakuasi sekitar 4.000 orang keluar dari Afghanistan setelah 1.200 orang lainnya diterbangkan semalam.

Banyak dari mereka tetap berada di Uni Emirat Arab, katanya, sementara 639 telah dievakuasi ke Australia.

Australia adalah bagian dari pasukan internasional pimpinan NATO yang memerangi Taliban dan melatih pasukan keamanan Afghanistan pada tahun-tahun setelah gerilyawan digulingkan pada 2001.

Lebih dari 39.000 personel militer Australia bertugas di Afghanistan dan 41 tewas di sana.

Baca juga: Adik Presiden Ashraf Ghani Dukung Taliban, Minta Masyarakat Afghanistan Terima Pemerintah Taliban

Baca juga: Terima Kenyataan, AS Harus Minta Izin Taliban untuk Evakuasi Warga Amerika

Banyak warga Afghanistan khawatir atas ingatan pemerintahan Islam Taliban, yang berakhir pada 2001.

Washington mengatakan Taliban berjanji bahwa orang Amerika, warga Afghanistan yang "berisiko" dan orang-orang dari negara lain akan diizinkan pergi bahkan setelah batas waktu penarikan pasukan AS 31 Agustus.

"Mereka memiliki tanggung jawab untuk memegang komitmen itu dan memberikan jalan yang aman bagi siapa saja yang ingin meninggalkan negara itu," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada wartawan.

Pada hari Kamis, seorang diplomat negara NATO di Kabul mengatakan bahwa kader Taliban telah berjanji untuk memberikan keamanan di luar bandara.

Namun laporan intelijen tentang ancaman segera dari militan ISIS tidak dapat diabaikan.

Baca juga: Diincar Taliban, Tentara AS Selamatkan Petinggi Polisi Afghanistan Melalui Operasi Rahasia

Baca juga: Taliban Peringatkan Konsekuensi Jika Pendudukan AS di Afghanistan Diperpanjang

Diplomat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengacu pada peringatan oleh AS dan Australia kepada warganya untuk segera mengosongkan area di luar bandara karena laporan intelijen.

"Pasukan Barat, dalam keadaan apa pun, tidak ingin berada dalam posisi untuk melancarkan serangan atau serangan defensif terhadap siapa pun di Afghanistan," tambah diplomat itu.

“Mandat kami adalah memastikan evakuasi berakhir pada 31 Agustus,” katanya.

Seorang pejabat dari Taliban mengatakan pasukannya terus melindungi warga sipil di luar bandara Kabul.

Disebutkan, pasukan Barat harus memenuhi tenggat waktu untuk menyelesaikan evakuasi dari Afghanistan pada akhir bulan.

"Penjaga kami juga mempertaruhkan nyawa mereka di bandara Kabul, mereka juga menghadapi ancaman dari kelompok Negara Islam," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini