News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Moskow Belum Akui Taliban tapi 'Menyadari' Kelompok Itu Miliki Kendali atas Sebagian Afghanistan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Afghanistan menunggu untuk menaiki pesawat militer AS untuk meninggalkan Afghanistan, di bandara militer di Kabul pada Kamis (19/8/2021)setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Juru Bicara Gedung Kremlin Rusia, Dmitry Peskov mengatakan bahwa negara itu belum mengakui Taliban, namun 'mengakui' fakta bahwa kelompok tersebut memiliki kendali de facto atas mayoritas wilayah Afghanistan.

"Rusia memantau dengan sangat cermat bagaimana situasi berkembang, dan memang kami percaya bahwa dominasi Taliban di Afghanistan itu de facto, berkuasanya Taliban pada sebagian besar wilayah negara itu adalah de facto, facto fait accompli," kata Peskov, pada Kamis waktu setempat.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (26/8/2021), Peskov menekankan bahwa Rusia ingin melihat perdamaian dan stabilitas di Afghanistan dan akan 'sangat hati-hati memantau' langkah apa yang diambil Taliban selanjutnya dalam upaya Rusia memastikan ketertiban dan keamanan di negara itu.

Terutama terkait warga negara Rusia dan diplomat Rusia yang kini masih berada di negara itu.

Pada saat yang sama, Peskov menyampaikan bahwa Rusia belum mengambil posisi tegas dalam menerima migran dari Afghanistan.

Baca juga: Sosok Mohammad Idris, Ditunjuk Taliban Jadi Gubernur Bank Sentral Afghanistan, Tak Punya Pengalaman

Perlu diketahui, Pengadilan Rusia menganggap Taliban sebagai organisasi teroris pada 2003 silam, setelah kelompok militan itu mendukung upaya teroris Chechnya untuk melepaskan diri dari yurisdiksi Rusia dan menjual senjata berat kelompok itu melalui perantara 'amal' Saudi yang dikenal sebagai al-Haramain.

Sebutan 'terorisme' itu juga sebagian merupakan isyarat 'niat baik' Rusia terhadap Amerika Serikat (AS) yang pada saat itu tengah berupaya melawan terorisme secara global.

Terlepas dari sebutan terorisme terhadap Taliban, diplomat Rusia tetap berusaha untuk memfasilitasi negosiasi antara Taliban dan 'bekas pemerintahan Afghanistan' dalam upaya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di negara Timur Tengah itu.

Karena negara tersebut bertetangga dengan beberapa negara bekas republik Soviet di Asia Tengah,satu di antaranya adalah Rusia, sekutu dalam aliansi Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Pada Juli lalu, delegasi Taliban pun mengunjungi Moskwa dan meyakinkan pejabat Rusia bahwa kelompok itu tidak akan mengizinkan ISIS, al-Qaeda dan jihadis lainnya beroperasi di wilayah Afghanistan yang berada di bawah kendali Taliban.

Baca juga: Sempat Pasrah akan Dibunuh Taliban, Wali Kota Pertama di Afghanistan Berhasil Kabur ke Jerman

Begitu pula pada bulan lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memperingatkan bahwa intelijen militer Rusia telah menerima indikasi bahwa para jihadis sedang dipindahkan ke Afghanistan dari zona konflik lainnya, termasuk Suriah dan Libya.

Hingga saat ini, Rusia belum mengevakuasi Kedutaan Besarnya di Kabul, dan Taliban telah berjanji untuk memastikan keamanan para diplomat Rusia setelah penarikan pasukan AS dan NATO serta runtuhnya pemerintahan Afghanistan.

Sementara itu pada pekan lalu, Duta Besar Rusia untuk Afghanistan Dmitry Zhirnov mengatakan kepada media Rusia bahwa Taliban telah menjaga gedung Kedutaan di Kabul dengan kendaraan lapis baja dan militan bersenjata senapan mesin.

Empat pesawat militer Rusia pun telah menyelesaikan operasi mereka pada Rabu kemarin untuk membawa sekitar 500 warga negara anggota CSTO, serta warga Uzbekistan dan Ukraina keluar dari Afghanistan.

Sebelumnya, ibu kota Afghanistan, Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus lalu.

Ini terjadi hanya sepuluh hari setelah kelompok militan itu merebut kota besar pertama di negara tersebut dan hanya lebih dari empat bulan setelah AS mengumumkan bahwa semua pasukan Amerika akan ditarik keluar dari negara itu pada musim gugur.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini