News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Melanjutkan Pendidikan, tapi Larang Keras Kelas Campuran

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gadis-gadis sekolah berjalan tenang melewati sebuah jalan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021).

TRIBUNNEWS.COM - Taliban akan mengizinkan wanita Afghanistan untuk menempuh studi di perguruan tinggi.

Namun, pihaknya melarang keras kelas campuran.

Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, Abdul Haqi Haqqani, Minggu (29/8/2021).

Taliban sendiri sebelumnya sudah berjanji akan memerintah dengan sistem berbeda dibandingkan 1990-an silam, di mana anak perempuan dan wanita dewasa dilarang mengenyam pendidikan.

"Orang-orang Afghanistan akan melanjutkan pendidikan tinggi mereka berdasarkan hukum Syariah secara aman, tanpa berada di lingkungan campuran pria dan wanita," katanya pada pertemuan dengan para tetua, dikutip dari AFP.

Seorang wanita Afghanistan yang tinggal di Yunani memegang bendera Afghanistan selama protes atas pengambilalihan Taliban atas Afghanistan, di Athena pada 18 Agustus 2021. (ANGELOS TZORTZINIS / AFP)

Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara

Baca juga: Perang Afghanistan Berakhir, Taliban Tembakkan Senjata ke Udara dan Mengumumkan Kemerdekaan Penuh

Ia mengatakan Taliban ingin "menciptakan kurikulum yang masuk akal dan Islami yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, nasional dan sejarah kami, serta disisi lain mampu bersaing dengan negara lain."

Anak perempuan dan laki-laki juga akan dipisahkan di sekolah dasar dan menengah.

Tak hanya itu, Haqqani mengungkapkan Taliban melarang pria untuk mengajar siswa perempuan.

"Laki-laki tidak akan diizinkan untuk mengajar anak perempuan," ujarnya, dilansir India Today.

Haqqani diketahui mengkritik sistem pendidikan saat ini, dengan mengatakan sistem di Afghanistan gagal mematuhi prinsip-prinsip Islam.

"Setiap hal yang bertentangan dengan Islam dalam sistem pendidikan akan dihapus," tegasnya.

Kebijakan Taliban ini menuai kritik dari wartawan Afghanistan, Bashir Ahmad Gwakh.

Gwakh menilai kebijakan tersebut telah merampas hak wanita Afghanistan karena universitas tidak mampu menyediakan kelas berbeda atau sumber manusia yang cukup.

Diketahui, Taliban telah berjanji untuk menghormati kemajuan yang dicapai dalam hak-hak perempuan, namun hanya menurut interpretasi ketat mereka terhadap hukum Islam.

Kendati demikian, banyak pihak skeptis dan mempertanyakan apakah kelompok itu akan menepati janjinya.

Akhirnya Pemimpin Militer Taliban yang Paling Dicari Amerika Muncul, Nyawanya Dihargai Rp 72 Miliar. Pemimpin militer Taliban Khalil Rahman Haqqani menjadi imam Sholat Jumat dikelilingi pengawalnya (AFP)

Baca juga: POPULER Internasional: Kasus Kematian Pertama Terkait Vaksin Pfizer di NZ | Sumber Kekayaan Taliban

Baca juga: Janji Bakal Moderat, Pengamat Sebut Taliban Hanya Gimmick demi Diakui Negara Lain

Sementara itu, seorang dosen di universitas kota mengatakan Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban hanya berkonsultasi dengan guru dan siswa laki-laki.

Ia menyebut itu menunjukkan "pencegahan sistematis partisipasi perempuan dalam pengambil keputusan" dan "kesenjangan antara komitmen dan tindakan Taliban."

Diketahui, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan pihaknya akan mengumumkan kabinet baru dalam beberapa hari mendatang.

Saat ditanya apakah akan ada perempuan dalam kabinet baru Afghanistan, Mujahid menjelaskan hal tersebut menjadi keputusan kepemimpinan.

Mengutip Reuters, ia tidak bisa mengantisipasi apapun keputusan para petinggi.

Disisi lain, Mujahid mengungkapkan para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama, termasuk kementerian kesehatan dan pendidikan masyarakat, serta bank sentral.

Diketahui, rasa frustrasi meningkat di Kabul karena kesulitan ekonomi yang parah, yang disebabkan oleh anjloknya mata uang dan kenaikan harga pangan.

Sementara, bank-bank masih tutup setelah jatuhnya kota itu ke tangan Taliban.

Tak hanya itu, Afghanistan juga menghadapi kerugian miliaran dolar dalam bentuk bantuan asing, menyusul penarikan keduataan besar Barat dari negara itu.

Dalam sebuah pernyataan, Taliban mengatakan bank diperintahkan buka kembali dengan batas penarikan mingguan sebesar 200 USD atau 20 ribu Afghanistan.

Baca juga: Densus 88 Waspadai Pergerakan WNI Eks Kombatan Taliban yang Pulang ke Indonesia

Baca juga: Militan Taliban Dinilai Lihai Manfaatkan Media Sosial untuk Mengubah Citra

Terkait hal ini, Mujahid mengatakan masalah ekonomi yang dialami Afghanistan akan berkurang begitu pemerintahan baru terbentuk.

"Kejatuhan Afghanistan terhadap mata uag asing bersifat sementara dan karena situasi yang tiba-tiba berubah."

"(Ekonomi) akan kembali normal begitu sistem pemerintahan mulai berfungsi," ujarnya.

Taliban Deklarasikan Kemerdekaan

Pejuang Taliban merayakan peringatan Amerika Serikat mengakhiri operasi di Afghanistan dan batas akhir penarikan pasukan asing setelah 20 tahun menginvasi. (AFP dari Al Jazeera (Tangkap Layar))

Pejuang Taliban menyaksikan detik-detik pesawat Amerika Serikat (AS) terakhir pergi meninggalkan Afghanistan pada Senin (30/8/2021) tengah malam.

Mereka kemudian menembakkan senjata ke udara sebagai perayaan kemenangan.

"Lima pesawat terakhir telah pergi, (perang) sudah berakhir!" kata seorang pejuang Taliban, Hemad Sherzad, yang ditempatkan di bandara internasional Kabul, dilansir AP News.

"Saya tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan saya dengan kata-kata. Pengorbanan kami selama 20 tahun berhasil," lanjutnya.

Di Washington, Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie, mengumumkan selesainya perang terpanjang Amerika dan upaya evakuasi.

Ia mengatakan pesawat terakhir lepas landas dari bandara Kabul satu menit sebelum Senin tengah malam waktu setempat.

Baca juga: Detik-detik AS Resmi Keluar dari Afghanistan, Taliban Bersiap Mengambil Alih Bandara Kabul

Baca juga: Taliban Disebut Kelompok Pemberontak Terkaya di Dunia, Ini Sederet Sumber Uang Mereka

Dengan kepergian pasukan terakhirnya, AS mengakhiri perang 20 tahun dengan Taliban kembali berkuasa.

Hal ini juga disambut baik oleh petinggi Taliban.

"Tentara Amerika meninggalkan bandara Kabul dan negara kami mendapatkan kemerdekaan penuh," ujar juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Selasa (31/8/2021) pagi.

Baca artikel terkait konflk di Afghanistan

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini