TRIBUNNEWS.COM – Seorang penerjemah Afghanistan, yang membantu menyelamatkan Presiden Joe Biden 13 tahun lalu, memohon agar ia dan keluarganya diekuasi dari Afghanistan yang dikuasai Taliban.
"Halo Tuan Presiden: Selamatkan saya dan keluarga saya," ujar Mohammed kepada surat kabar The Wall Street Journal (WSJ), saat pasukan Amerika Serikat menyelesaikan evakuasi Senin (30/8/2021).
“Jangan lupakan saya di sini,” ujarnya.
Mohammed tidak menggunakan nama lengkapnya demi keamanan ia dan keluarganya.
Ia termasuk di antara sekutu Afghanistan yang tak terhitung jumlahnya yang tertinggal setelah penarikan penuh pasukan AS.
Baca juga: Di Balik Penarikan Pasukan AS: Taliban Kawal Warga AS ke Gerbang Rahasia Bandara Kabul
Baca juga: Pesawat C-17 Globemaster Angkut Kloter Terakhir Pasukan AS, Akhiri Misi 20 Tahun di Afghanistan
Dilansir dari USA Today, WSJ menyebutkan bahwa Mohammed bersembunyi bersama istri dan empat anaknya saat ini.
Mohammed, menurut WSJ, adalah bagian dari tim yang membantu menyelamatkan Senator Biden dan mantan Senator Chuck Hagel, dan John Kerry, pada 2008.
Veteran Angkatan Darat AS, yang bekerja bersamanya saat itu, mengatakan bahwa Mohammed adalah penerjemah untuk Angkatan Darat AS.
Saat itu, Mohammed yang berusia 36 tahun berkuda bersama pasukan AS melawan badai salju.
Mereka mencari dua helikopter Black Hawk Angkatan Darat AS yang ditumpangi Biden dan dua senator lainnya, yang mendarat darurat di lembah terpencil di Afghanistan.
Baca juga: Kisah Kontras Warga Afganistan, Satu Dideportasi, Satu Dievakuasi
Baca juga: Berlanjut, Serangan Roket di Kabul Bayangi Evakuasi AS
Mohammed, yang ditempatkan di Lapangan Udara Bagram, menanggapi permintaan bantuan dan bergabung dengan Humvee Angkatan Darat dan tiga SUV Blackwater untuk mencari helikopter.
Saat itu, ia berjaga-jaga dengan tentara Afghanistan dan pasukan AS selama 30 jam dalam suhu membeku untuk melindungi Biden dan senator lainnya.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki segera menanggapi jeritan minta tolong Mohammed pada Selasa (31/8/2021).
Psaki mengatakan, AS berkomitmen untuk mengeluarkan dia dan keluarganya dari negara itu.
"Kami akan mengeluarkan Anda, kami akan menghormati layanan Anda, dan kami berkomitmen untuk melakukan hal itu," kata Psaki.
Baca juga: Taliban Sempat Tawari Militer AS Untuk Amankan Kabul, Tapi Ditolak
Baca juga: Biden: Kami Tidak akan Bisa Dihalangi oleh Teroris, Kami Tetap Melanjutkan Evakuasi
Terhambat Visa
Warga Afghanistan yang membantu pasukan AS selama perang 20 tahun di Afghanistan menghadapi pembalasan dari Taliban.
Mohammed dan warga Afghanistan yang bekerja untuk AS lainnya terhambat evakuasinya oleh proses visa imigran khusus yang memungkinkan mereka memasuki Amerika Serikat nantinya.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pekan lalu bahwa sistem visa imigran khusus memiliki kekurangan staf yang kronis, tidak memiliki pejabat coordinator, dan memiliki proses birokrasi 14 langkah akibat undang-undang peninggalan pemerintahan Donald Trump.
Price mengatakan administrasi Biden menambahkan sumber daya dan menerapkan perubahan yang cukup untuk mengurangi waktu pemrosesan rata-rata lebih dari satu tahun.
Ia mengatakan, jumlah visa yang dikeluarkan naik dari 100 pada Maret menjadi 813 per minggu baru-baru ini.
Baca juga: Sehari Setelah Ledakan Bom, Warga Masih Nekat Menuggu di Luar Bandara Kabul Minta Dievakuasi
Baca juga: Rudal AS Cegat Serangan Lima Roket ke Bandara Kabul, Sehari Setelah Ledakkan Mobil ISIS-K
WSJ mengatakan permohonan visa Mohammed tertunda setelah kontraktor pertahanan tempat dia bekerja kehilangan catatan yang diperlukan untuk aplikasinya.
Ia mencoba pergi ke gerbang bandara yang ditunjuk di Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul. Mereka bersedia membawa Mohammed masuk, namun tidak bagi keluarganya.
Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi Mohammed kini adalah menunggu.
"Saya tidak bisa meninggalkan rumah saya. Saya sangat takut," katanya Selasa (31/8/2021) kepada WSJ. (Tribunnews.com/USAToday/Hasanah Samhudi)