News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Lockdown Tidak Efektif, Filipina akan Terapkan Kebijakan Pembatasan Mirip di Indonesia?

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja kesehatan dari Pemerintahan Filipina, mendisinfeksi sekolah menengah, di tengah kekhawatiran tentang penyebaran coronavirus novel COVID-19, di Manila. Filipina, Senin (9/3/2020). (AFP/Maria TAN)

TRIBUNNNEWS.COM, MANILA - Filipina termasuk satu negara di Asia Tenggara yang kerap memberlakukan kebijakan lockdown jika kasus Covid-19 melonjak lagi.

Namun setelah beberapa kali diberlakukan Filipina kini menyerah.

Filipina akan mencabut lockdown di ibu kota Manila pekan ini.

Meskipun kasus harian Covid-19 di negara itu justru naik dua kali lipat dibandingkan awal pemberlakuan lockdown.

Perekonomian negara di Asia Tenggara itu dikhawatirkan semakin terpuruk  jika terus menerus menerapkan lockdown.

Sebagai gantinya, Filipina akan menguji coba lockdown lokal atau pembatasan dalam beberapa kegiatan masyarakat untuk membangkitkan kembali perekonomian.

Kabarnya pembatasan ini nantinya mirip yang dilakukan di Indonesia seperti PSBB atau PPKM yang pernah dan sedang diberlakukan di Indonesia.

Keputusan pencabutan lockdown tersebut disampaikan juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque, pada Minggu (5/9/2021).

Baca juga: Malaysia Heran Kasus Covid-19 Indonesia Turun Lebih Cepat Padahal Malaysia Kerap Berlakukan Lockdown

Lebih dari 13 juta warga Manila di-lockdown sejak 6 Agustus, di tengah rekor lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta.

Langkah untuk mencabut lockdown Manila dimulai pada Rabu (8/9/2021), tetapi ini justru terjadi saat kasus virus corona harian naik dua kali lipat.

Dalam tiga hari terakhir kasus Covid-19 di Filipina bertambah di atas 20.000 per hari.

Ini membebani rumah sakit yang sudah tertekan akibat kekurangan perawat.

"Penguncian lokal akan diujicobakan di Metro Manila," kata Roque, seraya menjelaskan bahwa perumahan, gedung-gedung, atau jalan juga bisa terdampak.

"Ini sama saja dengan lockdown total jika Anda terdampak pada penguncian granular (lokal)- bahkan makanan akan dikirimkan kepada Anda."

Namun, belum ada rincian lebih lanjut tentang bagaimana langkah-langkah yang lebih bertarget ini akan ditegakkan.

Pembatasan yang lebih ringan di Manila, yang menyumbang sekitar sepertiga perekonomian Filipina, akan memungkinkan banyak bisnis dibuka kembali dan memacu pariwisata lokal.

Berdasarkan pedoman sebelumnya, restoran akan diizinkan untuk menerima pengunjung dan salon kecantikan dibolehkan beroperasi dengan kapasitas yang dikurangi.

Jumlah jemaat juga dibatasi di gereja saat menggelar kebaktian.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte baru-baru ini mengatakan, negara itu tidak mampu lagi melakukan lockdown karena menghancurkan ekonomi dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Situasi diperparah dengan hanya sekitar 19 persen dari target populasi yang sudah divaksin dosis penuh, kemudian rumah sakit terisi cepat.

Total kasus Covid-19 di Filipina melebihi 2 juta dengan angka kematian di atas 34.000.

Kebijakan Indonesia Disorot

Sebelumnya kebijakan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi Covid-19 juga disorot politisi Malaysia.

Oleh karena itu, Menteri Kesehatan Malaysia diminta menjelaskan kenapa kasus Covid-19 Indonesia lebih cepat turun dibanding dengan negaranya.

Anggota parlemen Malaysia Lim Kit Siang menilai Indonesia lebih berhasil mengurangi tingkat infeksi Covid-19 dibanding “Negeri Jiran”.

Oleh karena itu pemimpin DAP Malaysia Lim Kit Siang itu meminta apa rahasia Indonesia sehingga kasus Covid-19 bisa cepat turun.

Padahal populasi di Indonesia lebih besar ketimbang Malaysia.

Dia pun mengulangi peringatan sebelumnya kepada Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin bahwa vaksinasi saja tidak akan membantu menyelesaikan masalah Covid-19 Malaysia.

“Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin, menjelaskan mengapa selama 16 hari berturut-turut, Indonesia mengurangi kasus baru Covid-19 hariannya menjadi kurang dari Malaysia bahkan kurang dari setengahnya seperti kemarin 8.955 kasus, sementara Malaysia 20.988 kasus?” kata Lim melansir Malay Mail pada Jumat (3/8/2021).

Baca juga: Meski Kasus Aktif Menurun, Erick Thohir Tetap Cek Ketersediaan Obat Covid-19 di Kimia Farma

Saat ini menurut Lim, Malaysia adalah salah satu negara dengan kinerja terburuk di dunia dalam hal respons Covid-19 tahun ini.

Ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu telah mencatat rata-rata lebih dari 20.000 kasus selama lebih dari empat minggu.

“Ini bukan mencari-cari kesalahan tetapi untuk mencari cara meningkatkan penanganan kita terhadap pandemi Covid-19 sehingga memenangkan perang melawannya,” tambah pemimpin DAP itu seperti dikutip dari Kompas.com.

Menurut angka dari Our World in Data yang diterbitkan 1 September, kasus baru Covid-19 Malaysia per satu juta orang sekarang 572,43 dibandingkan dengan Indonesia 37,40, Filipina 126,95 dan Myanmar 61,27.

Malaysia juga menduduki puncak angka kematian Covid-19 di kawasan Asia Tenggara, dengan 8,48 per satu juta orang.

Vietnam berada di urutan kedua dengan 8,19 sementara kematian harian per satu juta orang di Indonesia adalah 2,36, menurut situs web yang sama.

“Pada laju infeksi dan kematian saat ini, kami akan menembus angka 1,8 juta untuk total kumulatif kasus Covid-19 hari ini,” kata Lim.

Lebih lanjut menurutnya, "Negeri Jiran" mungkin akan memecahkan angka dua juta total kumulatif kasus Covid-19 dan memecahkan angka 20.000 kematian akibat Covid-19 ketika merayakan Hari Malaysia ke-58 pada 16 September 2021.

Malaysia dengan begitu akan menyalip dua negara, Irak dan Belanda, dan menduduki peringkat ke-21 di antara negara-negara dengan total kumulatif kasus Covid-19 terbanyak, bergabung dengan 20 negara lain dengan lebih dari dua juta kasus Covid-19.

Tanggapan pandemi pemerintah Malaysia telah dikritik habis-habisan.

Otoritas kesehatan negara itu terus melaporkan lima digit kasus harian dalam dua bulan terakhir.

Direktur jenderal kesehatan Malaysia Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah, sebelumnya berjanji kasus akan stabil pada pertengahan Agustus.

Tapi sekarang, Abdullah mendapat banyak sorotan atas sejumlah keputusan yang dinilai belum dapat mengurangi jumlah kasus secara signifikan, termasuk soal dukungannya pada kebijakan lockdown ketat Malaysia.

Dia menolak untuk menerima panggilan untuk mengundurkan diri.

Lim mengaku telah lama meminta pemerintah Malaysia menjauhkan diri dari kepercayaan buta pada "penguncian total", dan membuka bisnis sesuai dengan tujuan "hidup bersama Covid" alih-alih strategi "nol Covid".

Sebagai gantinya, dia mengajukan adanya pembatasan yang ditargetkan (parsial).

“Ini adalah keburukan yang harus kita atasi karena ini adalah angka yang tak terbayangkan bagi Malaysia ketika pandemi Covid-19 dimulai 20 bulan lalu,” pungkas Lim.

Malaysia Sering Lockdown

Filipina dan juga Malaysia termasuk satu diantara beberapa negara yang kerap memberlakukan lockdown untuk mengantisipasi penularan Covid-19.

Meskipun lockdown tidak banyak membantu sebab buktinya kasus Covid-19 di negara itu belum juga turun.

Kasus baru yang dilaporkan Malaysia pada Kamis (2/9/2021) kembali melewati angka 20.000, tepatnya 20.988 infeksi baru.

Negara bagian Selangor menyumbang paling banyak beban kasus harian dengan 2.073 infeksi. Sedangkan Serawak dan Kedah masing-masing melaporkan 2.992 dan 2.455 kasus.

Kemudian, Sabah melaporkan 2.329 infeksi baru dan Johor 2.145 kasus baru harian.

Jumlah kasus Covid-19 harian baru di Malaysia telah bertahan dalam kisaran lima angka sejak 13 Juli lalu.

Melansir CNA, unit perawatan intensif (ICU) di seluruh negeri berjuang mengatasi masuknya pasien.

Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan, tingkat hunian nasional secara keseluruhan untuk ICU mencapai 90 persen pada 1 September 2021.

Bahkan, tiga negara bagian mengalami kelebihan kapasitas ICU, yaitu Sabah (126 persen), Kedah (121 persen), dan Perak (107 persen).

Noor Hisham menuliskan, jumlah pasien dalam perawatan intensif sebanyak 1.001 orang.

Sejauh ini, Negeri Jiran mempunyai 262.540 kasus Covid-19 aktif dengan total beban kasus sebanyak 1,78 juta.

Dilaporkan sebanyak 249 kematian baru, sehingga totalnya berjumlah 17.191 orang.

Terkait dengan vaksinasi, sebanyak 65,1 persen dari populasi dewasa di negara ini telah mendapatkan rejimen lengkap.

Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com/Kompas.TV

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini