News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Taliban Berkuasa, Tirai Pisahkan Mahasiswa dan Mahasiswi yang Belajar di Kampus

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu universitas di Kabul, mahasiswi dipisahkan dari mahasiswa dengan tirai di tengah ruangan.

TRIBUNNEWS.COM, AFGHANISTAN - Mahasiswa di seluruh Afghanistan kembali memulai kelas tatap muka setelah Taliban merebut kekuasaan.

Di beberapa universitas, mahasiswi dipisahkan dari mahasiswa dengan tirai atau papan di tengah ruangan.

Apa yang terjadi di universitas-universitas dan sekolah-sekolah di seluruh negara itu akan diawasi ketat oleh kekuatan asing.

Mereka mencari tahu hak-hak apa yang akan dimiliki perempuan setelah Taliban berkuasa lagi.

Beberapa negara Barat mengatakan bantuan yang penting dan pengakuan terhadap pemerintah Taliban akan bergantung pada cara mereka mengelola negara, termasuk perlakuan mereka terhadap anak perempuan dan perempuan.

Baca juga: Bantah Klaim Taliban, Ahmad Massoud Mengajak Pemberontakan di Seluruh Afghanistan

Ketika terakhir memerintah dari 1996-2001, Taliban melarang anak perempuan bersekolah dan perempuan tidak boleh kuliah dan bekerja.

Meski ada jaminan dalam beberapa pekan ini bahwa hak-hak perempuan akan dihormati sesuai hukum Islam, tidak jelas apa artinya dalam praktik.

Dosen dan mahasiswa di universitas-universitas di kota-kota terbesar Afghanistan seperti Kabul, Kandahar dan Herat mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mahasiswi dipisahkan dalam kelas.

Mereka diajar secara terpisah atau dibatasi pada bagian-bagian tertentu di kampus.

Taliban mengatakan pekan lalu bahwa perkuliahan harus dimulai lagi tetapi laki-laki dan perempuan harus dipisah.

Seorang juru bicara Taliban tidak mengomentari foto yang menunjukkan pemisahan itu atau tentang tindakan apa yang akan dilakukan terhadap universitas.

Tetapi seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa pemisahan itu "sepenuhnya bisa diterima" karena terbatasnya "sumber daya dan tenaga.

Sementara ini, yang terbaik adalah satu guru mengajar di dua sisi kelas."

Perempuan Diizinkan Lanjutkan Studi

Perempuan Afghanistan akan diizinkan untuk melanjutkan pendidikan "dengan aman", selama studi mereka sejalan dengan interpretasi Taliban terhadap hukum Islam, menurut penjabat menteri pendidikan tinggi kelompok militan Abdul Baqi Haqqani.

Haqqani juga menambahkan, kelas campuran jender akan dilarang. Pengumuman itu disampaikannya pada Minggu (29/8/2021) di sebuah “Loya Jirga”, pertemuan dewan pemimpin suku dan faksi di Afghanistan.

"Orang-orang Afghanistan akan melanjutkan pendidikan tinggi mereka berdasarkan hukum Syariah dengan aman tanpa berada dalam lingkungan campuran laki-laki dan perempuan," katanya, menurut AFP.

Dia menambahkan, Taliban sedang menciptakan kurikulum yang masuk akal dan Islami yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, nasional, dan sejarah Afghanistan, di sisi lain masih dapat bersaing dengan negara lain.

Sebagian besar sekolah di Afghanistan sudah dipisahkan berdasarkan gender sebelum pengambilalihan Taliban awal bulan ini.

Diperkirakan dua pertiga anak perempuan di negara itu tidak bersekolah, menurut Human Rights Watch mengutip Business Insider.

Ketika Taliban sebelumnya berkuasa dari 1996 hingga 2001, Taliban melarang perempuan dan anak perempuan bekerja dan sekolah.

Kelompok tersebut mengeklaim bahwa ke depan, mereka akan menghormati hak-hak perempuan menurut hukum Islam dalam interpretasinya.

Kelompok itu juga menyatakan tidak akan membalas dendam kepada warga Afghanistan yang dulu bekerja dengan musuh-musuhnya.

Namun, banyak yang skeptis terhadap perubahan taktik Taliban yang tiba-tiba.

Perempuan Afghanistan mengatakan, kelompok itu tidak secara konsisten memenuhi janjinya bahwa anak perempuan dapat terus bersekolah.

Sebelumnya, CNN melaporkan, seminggu setelah mengambil alih Afghanistan, anggota Taliban memukuli seorang pengemudi becak. Alasannya karena dia mengangkut seorang guru perempuan yang bepergian tanpa pendamping laki-laki.

Guardian juga melaporkan, di beberapa wilayah yang direbut oleh Taliban, perempuan dan anak perempuan dilarang pergi ke sekolah atau meninggalkan rumah mereka tanpa pendamping laki-laki.

Ribuan orang telah mencoba melarikan diri dari Afghanistan karena takut Taliban akan memperkenalkan kembali rezim yang menindas.

Sumber: VOA Indonesia/Kompas.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini