TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sebuah studi baru di Amerika menunjukkan keguguran tidak lebih banyak terjadi pada ibu hamil yang menerima vaksin mRNA Covid-19 daripada wanita hamil yang belum divaksin.
Para peneliti menganalisis data 105.446 wanita hamil antara 6-19 minggu dari delapan sistem kesehatan AS.
Di antara mereka, sebut penelitian itu, 7,8 persen telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Pfizer/BioNTech dan enam persen telah menerima setidaknya satu suntikan Moderna.
Laporan yang diterbitkan di JAMA pada 8 Septembere 2021 menyebutkan bahwa secara keseluruhan, 13.160 wanita mengalami keguguran.
Namun laporan itu juga menyataka bahwa risiko dalam waktu satu bulan setelah vaksinasi tidak berbeda dengan mereka yang tidak divaksinasi.
Baca juga: CDC Amerika: Vaksin Covid-19 Aman Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Baca juga: Rekomendasi PERKI: Pasien Jantung Boleh Diberi Vaksin Berbasis mRNA Seperti Pfizer dan Moderna
Para peneliti mengakui bahwa ada beberapa data yang mereka tidak miliki. Misalnya, mereka tidak mengetahui riwayat kehamilan wanita itu sebelumnya.
Namun, mereka menyimpulkan, temuan mereka akan membantu dokter dalam memberikan rekomendasi pada wanita hamil dalam mengambil keputusan tentang vaksin.
Sementara data nasional yang didapat pada Juni, Juli, dan Agustus (saat varian Delta menyebar luas), menunjukkan bahwa tiga vaksin Covid-19 yang digunakan di Amerika Serikat efektif mencegah rawat inap dan kunjungan perawatan darurat atau darurat yang disebabkan oleh virus corona varian Delta.
Data nasional juga menyebutkan bahwa vaksin Moderna tampaknya paling efektif.
Para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melacak hampir 33.000 kunjungan perawatan darurat atau departemen darurat dan penerimaan rumah sakit orang dewasa dengan penyakit mirip Covid-19.
Baca juga: Laporan Terbaru CDC AS: Varian Delta Menular Seperti Cacar Air
Baca juga: Studi di Amerika: Vaksin Moderna Hasilkan Antibodi Lebih Banyak Daripada Vaksin Pfizer-BioNTech
Para peneliti menemukan bahwa individu yang tidak divaksinasi akan 5-7 kali lebih mungkin dites positif terinfeksi virus Corona dibandingkan dengan orang yang sudah divaksin penuh.
Kemanjuran vaksin terhadap perawatan darurat atau kunjungan departemen darurat tertinggi di antara penerima vaksin Moderna (92 persen), diikuti oleh penerima vaksin Pfizer/BioNTech (77 persen), dan terendah (65 persen) untuk penerima vaksin Janssen (Johnson & Johnson)," ujar para peneliti, yang melaporkan pada 10 September di Morbidity and Mortality Weekly Report CDC.
"Temuan ini menegaskan kembali bahwa ketiga vaksin memberikan perlindungan tinggi terhadap infeksi virus corona yang membuat orang cukup sakit sehingga masuk IGD atau dirawat di rumah sakit,” kata CDC. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)