News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prancis Merasa Ditikam Dari Belakang, Tuduh AS Gagalkan Kesepakatannya dengan Australia

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar yang diambil pada 11 Februari 2019 dan dirilis oleh Departemen Pertahanan Australia ini menunjukkan Perdana Menteri Australia Scott Morrison (tengah) berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Australia Christopher Pyne (kiri) dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly (kanan) setelah menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis kapal selam senilai 66 miliar dolar AS di Canberra.

TRIBUNNEWS.COM – Kesepakatan pertahanan antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia membuat Prancis tersisih. Prancis menuduh Amerika Serikat telah menggagalkan kesepakatannya dengan Australia.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan Kamis (16/9/2021) bahwa ia merasa sangat marah dan kecewa atas kesepakatan Aliansi indo-Pasifik itu.

Ia menilai pakta tersebut sebagai pelanggaran kepercayaan.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump," kata Le Drian kepada radio Franceinfo. "Ini tidak dilakukan di antara sekutu,” katanya, seperti dilansir dari  Al Jazeera.

Le Drian mengeluarkan pernyataan sehari setelah AS, Inggris,dan Australia mengumumkan kemitraan pertahanan Aliansi Indo-Pasifik, yang dijuluki Aukus.

Baca juga: AS, Inggris, dan Australia Umumkan Aliansi Pertahanan Indo-Pasifik Baru

Baca juga: Indonesia Prihatin dengan Rencana Australia Rancang Kapal Selam Tenaga Nuklir

Kesepakatan Aukus akan membantu Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dari AS.

Hal ini berdampak dengan keputusan Australia untuk membatalkan kontrak dengan Prancis yang disepakati pada 2016 lalu.

Kontrak tersebut adalah pembelian kapal selam bertenaga diesel Prancis bernilai puluhan miliar dolar AS.

Padahal baru dua minggu lalu, menteri pertahanan dan luar negeri Australia telah menegaskan kembali ke Paris tentang kesepakatan 2016 dengan pembuat kapal Prancis Naval Group, untuk menggantikan kapal selam Collins Prancis yang berusia lebih dari dua dekade.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pun telah memuji kerjasama puluhan tahun di masa depan ketika menjamu Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada bulan Juni.

Baca juga: Menhan Australia Temui Prabowo, Bahas Kerja Sama Industri Pertahanan Hingga Pendidikan Militer

Baca juga: RI Ajak New Zealand Jadi Jembatan Kerja Sama ASEAN dengan Negara Pasifik

“Itu tusukan dari belakang. Kami membuat hubungan saling percaya dengan Australia dan kepercayaan itu telah rusak,” kata Le Drian.

Menanggapi pertanyaan kemungkinan Prancis telah dibohongi oleh Washington atas apa yang pernah disebut Le Drian sebagai kontrak abad ini untuk pangkalan angkatan laut Prancis, Le Drian  menjawab: "Analisis Anda tentang situasi ini kurang lebih benar.”

“Kami akan meminta klarifikasi. Kami memiliki kontrak, Australia perlu memberi tahu kami bagaimana mereka berniat untuk keluar dari kontrak tersebut,” katanya.

Diduga terkait dengan pakta Aukus ini, Kedutaan Besar Prancis di Washington DC membatalkan pesta gala untuk memeringati ulang tahun ke-240 Pertempuran Capes yang akan berlangsung Jumat (17/9/2021).

Pembatalan juga terjadi atas acara di atas gregat Prancis di kota Pelabuhan Maryland, Baltimore. Para perwira Angkatan luar Prancis dilaporkan pulang ke Paris.

Baca juga: Cina Serukan Kerjasama Dagang dengan Australia Lewat Lobi Politik, Sebut Tak Akan Bahas Sanksi Beijing

Baca juga: Indonesia dan Australia Teken MoU Soal Penanggulangan Terorisme Hingga Pengembangan Teknologi Siber

Dilansir dari Sputniknews, seorang pejabat mengatakan kepada New York Times (NYT) Kamis (16/9/2021) bahwa tidak mungkin mengadakan acara yang tadinya dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan aliansi Prancis-AS, sementara Paris merasa dikhianati.

Dilaporkan NYT, sejumlah pejabat Prancis mencoba membicarakan masalah ini dengan Menlu AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, tetapi selalu gagal.

Sementara seorang pejabat AS mengatakan bahwa orang dalam Presiden AS Joe Biden menutup-nutupi pakta ini, karena mereka tahu bahwa Prancis akan memprotesnya.

Disebutkan bahwa orang dalam Gedung Putih lebih menyerahkan kepada Australia untuk memberi tahu Prancis.

Inggris menanggapi kekecewaan Prancis. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa Australia yang memutuskan untuk membuat perubahan.

Baca juga: RI – Australia Harap Afghanistan Tak Dijadikan Ladang Teroris

“Kami tidak menawarinya, tetapi sebagai sekutu dekat, kami akan mempertimbangkannya ketika Australia mendatangi kami. Saya mengerti Prancis sangat kecewa akan hal ini,” kata Wallace. (Tribunnews.com/Aljazeera/Sputniknews/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini