TRIBUNNEWS.COM - China mengirim 24 pesawat tempur ke zona pertahanan udara Taiwan sebagai tanggapan penolakan terhadap kesepakatan perdagangan yang dilakukan Taipei.
Menurut pejabat Taiwan, tindakan China pada Kamis (23/9/2021) lalu menjadi serangan terbesar dalam beberapa minggu ini.
Dilansir The Guardian, pekan lalu, Beijing mengajukan diri untuk bergabung menjadi anggota Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Di sisi lain, Taiwan sudah mencoba bergabung dengan CPTPP selama bertahun-tahun.
Kemudian pada Kamis (23/9/2021), Taipei mengumumkan telah mendaftar secara resmi untuk menjadi anggota CPTPP.
Baca juga: Jepang Senang Taiwan Bergabung dalam Keanggotaan Trans Pacific Partnership
Baca juga: Lithuania Bikin Kesal China, Sumbangkan Lebih Banyak Vaksin ke Taiwan
Diketahui, CPTPP merupakan perjanjian perdagangan yang ditandatangani 11 negara Asia-Pasifik pada 2018.
Ini merupakan pakta perdagangan bebas terbesar di kawasan Asia-Pasifik.
"Taiwan tidak bisa ditinggalkan di dunia dan harus berintegrasi ke dalam ekonomi regional," kata juru bicara kabinet Lo Ping-cheng.
Namun, China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, menentang usaha Taipei untuk masuk dalam pakta itu.
Di hari yang sama, pejabat Taiwan mengatakan, 24 pesawat China termasuk 18 jet tempur dan dua pembom bekemampuan nuklir masuk zona identifikasi pertahanan udara.
"Kami dengan tegas menentang negara mana pun yang memiliki pertukaran resmi dengan Taiwan dan dengan tegas menentang aksesi kawasan Taiwan ke perjanjian atau organisasi resmi apa pun," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian.
Taiwan menanggapinya dengan menyebut China tidak punya hak untuk memutuskan siapa yang dapat bergabung dengan pakta perdagangan karena belum menjadi anggota.
“Pemerintah China, dengan tindakannya yang hanya ingin menggertak Taiwan di komunitas internasional, adalah penyebab meningkatnya permusuhan lintas selat,” kata kementerian luar negeri Taipei dalam sebuah pernyataan.
Para pemimpin China sebelumnya mengancam akan merebut Taiwan dengan kekerasan jika diperlukan.
Pejabat China meningkatkan tekanan ekonomi, militer, dan diplomatik di pulau ini sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen pada 2016 yang memandang Taiwan sebagai negara berdaulat.
China juga sering mengirim pesawat militer ke zona pertahanan udara Taiwan untuk menunjukkan penentangan terhadap kebijakan di pulau itu.
Namun, pengerahan pesawat militer pada Kamis lalu diklaim yang terbesar sejak 15 Juni.
Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) merupakan kesepakatan perdagangan besar-besaran yang pada awalnya dipimpin Amerika Serikat sebagai cara untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik.
Ini awalnya dirancang untuk menjaga agar China, yang memiliki kesepakatan perdagangan regionalnya sendiri, terkunci.
TPP ditandatangani pada 4 Februari 2016, tetapi tidak pernah berlaku karena AS menarik diri dari perjanjian segera setelah pemilihan Presiden Donald Trump.
Semua anggota TPP lainnya sepakat pada Mei 2017 untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut, dengan Jepang yang menggantikan posisi AS.
Pada Januari 2018, CPTPP diresmikan sebagai perjanjian lanjutan.
Baca juga: Lithuania Imbau Warga Buang Ponsel dari China dan Tidak Membelinya, Ini Alasannya
Baca juga: Menlu Retno Soroti Pakta Pertahanan AUKUS dan Ingatkan Soal Ancaman Stabilitas Kawasan
CPTPP beranggotakan Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam.
Negara yang ingin bergabung harus mendapat dukungan bulat dari semua negara anggota pakta, sesuatu yang mungkin sulit diperoleh baik oleh China maupun Taiwan.
Adapun permintaan bergabung dari Taiwan sudah diterima oleh Tokyo.
“Jepang menyambut baik permohonan Taiwan untuk bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik,” kata Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, di New York.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)