TRIBUNNEWS.COM - Peretas telah mengambil alih akun Facebook Ashraf Ghani, presiden terguling Afghanistan, dan memposting pesan yang menunjukkan bahwa orang-orang mendukung Taliban.
Namun tak berapa lama kemudian, akun resmi Twitter Ashraf Ghani menyangkal postingan di Facebook tersebut.
Dilansir dari Al Arabiya, sebuah pesan yang diposting ke halaman Facebook Ashraf Ghani pada Senin (27/9/2021) sore mendesak masyarakat internasional untuk berinteraksi dengan pemerintah saat ini, karena pemerintah Ghani tidak lagi memiliki kendali atas negara tersebut.
Pesan itu menambahkan bahwa para penguasa Afghanistan saat ini membutuhkan tangan persahabatan agar negara itu makmur.
Setelah Taliban berkuasa di Afghanistan, AS membekukan hampir 9,5 miliar dolar AS aset milik bank sentral Afghanistan.
Baca juga: Presiden Ashraf Ghani Minta Maaf pada Warga Afghanistan, Sebut Melarikan Diri demi Perdamaian
Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara
Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Uni Eropa juga menangguhkan pendanaan untuk proyek-proyek di republik Islam itu.
Pada 13 September, Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan kepada Sputnik bahwa pemerintah Afghanistan yang baru siap untuk mengambil semua langkah hukum yang mungkin untuk mencairkan aset asing Afghanistan di Amerika Serikat.
Kurang dari satu jam kemudian, akun Twitter resmi mantan presiden itu men-tweet: “Halaman Facebook resmi Dr Mohammad Ashraf Ghani telah diretas.”
“Sampai diambil kembali, konten yang dipublikasikan dari kemarin dan seterusnya di halaman Facebook tidak lagi valid,” sebut tweet akun Ashraf Ghani.
Ashraf Ghani memimpin negara itu antara September 2014 dan Agustus 2021.
Baca juga: Joe Biden Sempat Telepon Ashraf Ghani sebelum Taliban Berkuasa: Kami akan Terus Beri Bantuan
Baca juga: Taliban Akan Berikan Amnesti kepada Presiden Ashraf Ghani Jika Ingin Kembali
Mantan pemimpin pemerintah Afghanistan yang didukung AS melarikan diri dari negara itu setelah Taliban mengambil alih ibu kota Kabul pada 15 Agustus menyusul penarikan pasukan AS dan sekutunya.
Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab mengatakan pada 29 Agustus lalu bahwa Ghani dan keluarganya dilaporkan berlindung di negara Teluk tersebut.
Wakil Menteri Kebudayaan dan Informasi pemerintah sementara Afghanistan, Zabihullah Mujahid, mengatakan, pemerintahan Taliban tidak akan mengekstradisi Ashraf Ghani.
Tetapi Taliban menghendaki dana yang diduga diambilnya untuk dikembalikan.
"Tidak, kami tidak menghendaki ekstradisi Ghani. Tapi Ashraf Ghani telah mencuri dana negara dan kami menuntut agar mereka dikembalikan ke bank. Itu milik rakyat dan bank kami," kata Mujahid dalam wawancara dengan Sputnik. (Tribunnews.com/Alarabiya/Sputniknes/Hasanah Samhudi)