TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Korea Utara dilaporkan melakukan penyisiran dari rumah ke rumah warga untuk mencari suspect Covid-19.
Ini dilakukan setelah perayaan Chuseok, libur nasional yang biasanya dimanfaatkan untuk bepergian, jelas sumber dari Korea Utara kepada Radio Free Asia (RFA).
Selama Chuseok, warga Korea biasanya pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi makam leluhur.
Ini membuat pihak berwenang khawatir akan munculnya suspect Covid-19 selama musim liburan.
"Setelah Chuseok, unit penjaga lingkungan diorganisir dengan anggota unit penjaga lingkungan di daerah Songchon untuk memeriksa penduduk yang demam atas perintah otoritas karantina daerah itu," kata seorang penduduk Provinsi Pyongan Selatan, utara ibukota Pyongyang kepada RFA Korea.
"Ketika penduduk pulang kampung untuk mengunjungi makam leluhur mereka selama Chuseok, pihak berwenang khawatir virus corona bisa menyebar," kata sumber itu, yang meminta anonimitas karena alasan keamanan.
Baca juga: Korea Utara Diduga Luncurkan Rudal Balistik, PM Jepang Tingkatkan Kewaspadaan
Baca juga: Korea Selatan Wacanakan Pelarangan Konsumsi Daging Anjing
Sebelum Chuseok, otoritas karantina wilayah akan turun ke jalan untuk menindak warga yang melanggar protokol kesehatan.
Namun, jelas sumber, kini unit penjaga lingkungan terlibat dan ruang lingkup misi mereka telah berubah.
"Pagi-pagi sekali, patroli mengetuk pintu setiap rumah dan mengatakan mereka mencari pasien virus corona, warga marah karenanya," ujar sumber ini.
Sumber lain yang merupakan warga daerah Eunsan di Pyongan Selatan, mengkonfirmasi bahwa unit penjaga lingkungannya juga mencari pasien terduga Covid-19.
"Pemerintah pusat memperkenalkan tindakan karantina ini, mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan karantina setelah Chuseok tergantung pada pejabat lokal yang mengambil tindakan proaktif."
"Jika dugaan kasus COVID-19 terjadi di wilayahnya, pejabat setempat yang akan bertanggung jawab," kata sumber kedua yang enggan disebutkan namanya itu.
Kendati demikian, menurut sumber ini, para petugas karantina di kota-kota juga mengeluhkan perintah dari pemerintah pusat.
Chuseok merupakan hari libur tradisional yang dirayakan jauh sebelum perpecahan dua Korea.
Perayaan yang juga diperingati sebagai Festival Panen ini biasanya berlangsung selama 3 hari di Korsel.
Chuseok dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga, mengunjungi makam leluhur, dan liburan.
Kebijakan Tidak Konsisten
Meskipun hingga kini Korea Utara mengklaim negaranya bebas Covid-19, rezim mengeluarkan sejumlah kebijakan berkaitan dengan pandemi ini.
Salah satu tindakan itu adalah menutup jalur ekonomi paling vital yakni perbatasan dengan China, sejak Januari 2020.
Menurut laporan RFA, orang yang disebut terduga terpapar Covid-19 akan diisolasi.
Kemudian jenazah dari pasien virus corona akan segera dikremasi sebelum Covid-19 dicantumkan sebagai penyebab kematian.
Baca juga: Korea Utara Menembakkan Proyektil Tak Dikenal ke Laut Jepang, Diduga Rudal Balistik
Baca juga: Korea Utara Ungkap Kemungkinan untuk Akhiri Perang dengan Korsel, Pertimbangkan KTT antar-Korea
Di sisi lain, rezim Korut kerap mengadakan acara berskala besar seperti parade militer di tengah perintah karantina.
"Tidak masuk akal untuk menekankan proyek karantina sambil mengadakan acara yang ramai di mana orang-orang bahkan tidak memakai masker."
"Itu membuat warga sangat mengkritik pedoman karantina darurat," kata seorang penduduk Chongjin di provinsi timur laut Hamgyong Utara.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)