TRIBUNNEWS.COM - Swiss telah setuju untuk melegalkan pernikahan pasangan sesama jenis.
Keputusan itu merupakan hasil yang diberikan oleh kanselir federal Swiss, di mana 64,1 persen pemilih memilih mendukung pernikahan sesama jenis dalam referendum nasional, Minggu (26/9/2021).
"Ini adalah hari bersejarah bagi Swiss, hari bersejarah dalam hal kesetaraan bagi pasangan sesama jenis, dan ini juga merupakan hari penting bagi seluruh komunitas LGBT," kata Jan Muller dari komite kampanye "Yes", dikutip dari Al Jazeera.
Antonia Hauswirth dari komite nasional Marriage for All mengatakan, pihaknya menyambut baik keputusan tersebut dan akan menggelar perayaan di ibukota Swiss, Bern.
"Kami sangat senang dan lega," kata Hauswirth.
Baca juga: Swiss Legalkan Pernikahan Sesama Jenis, Hasil Referendum Tunjukkan Dukungan Kuat
Sementara itu, Menteri Kehakiman Karin Keller-Sutter mengatakan pernikahan sesama jenis pertama dapat berlangsung mulai 1 Juli tahun depan.
Dalam pernyataannya, Keller-Sutte menegaskan, siapapun yang saling mencintai dapat menikah terlepas dari apa jenis kelaminnya.
"Siapapun yang saling mencintai dan ingin menikah akan dapat melakukannya, terlepas dari apakah itu dua pria, dua wanita, atau pria dan wanita," kata Keller-Sutte .
"Negara tidak harus memberi tahu warga bagaimana mereka harus menjalani hidup mereka," sambungnya.
Amnesty International pun menyambut baik langkah tersebut sebagai tonggak untuk kesetaraan.
Baca juga: Bazar Kuliner dan Produk RI Digelar di Swiss Saat Pelonggaran Pembatasan Sosial
Sebelumnya, pasangan sesama jenis hanya dapat mendaftar di pencatatan sipil dengan sekitar 700 kuota setiap tahunnya.
Aturan tersebut tidak memberikan hak yang sama seperti pernikahan pada umumnya, termasuk untuk memperoleh kewarganegaraan dan adopsi anak.
Namun, setelah pernikahan sesama jenis dilegalkan, undang-undang terkait hal ini juga akan diamandemen.
Undang-undang yang diamandemen nantinya akan memungkinkan pasangan sesama jenis untuk menikah dalam upacara sipil dan mengadopsi anak.
Pasangan lesbian yang sudah menikah juga akan memiliki akses ke donasi sperma, yang merupakan salah satu aspek yang lebih kontroversial dari kampanye referendum.
Berbeda dengan tanggapan komite nasional Marriage for All dan komite kampanye "Yes", Monika Rueegger dari Partai Rakyat Swiss (SVP) sayap kanan dan anggota komite referendum No to Marriage for All, kecewa dengan hasil keputusan tersebut.
Menurutnya, hal itu akan berdampak pada kesejahteraan anak-anak, di mana anak-anak dan ayah akan menjadi pihak yang dirugikan.
"Ini bukan tentang cinta dan perasaan, ini tentang kesejahteraan anak-anak. Anak-anak dan ayah adalah pihak yang dirugikan di sini," kata Rueegger.
Selain itu, undang-undang tersebut juga akan memudahkan orang asing yang menikah dengan orang Swiss untuk mendapatkan kewarganegaraan.
Untuk diketahui, sebelum Swiss melegalkan pernikahan sesama jenis, parlemen Swiss menyetujui RUU pada Desember lalu yang mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menikah.
Baca juga: Krisis Utang Raksasa Properti Evergrande, Apa Dampaknya bagi China, AS, hingga Eropa?
Kemudian para pendukung mengumpulkan 50.000 tanda tangan yang diperlukan untuk mengajukan masalah ini ke referendum di bawah sistem demokrasi langsung Swiss.
Mayoritas di semua 26 wilayah negara berpenduduk lebih dari delapan juta orang memilih ya, bahkan yang paling konservatif.
Dukungan terkuat di Basel City sebesar 74 persen.
"Swiss telah menjatuhkan 'ya' besar-besaran ke dalam kotak suara," kata Olga Baranova, juru bicara komite "Yes".
Baranova berada di sebuah restoran di Bern, yang menjadi tuan rumah perayaan kampanye "Yes", mengenakan balon warna pelangi.
Baca juga: Terkait Kabel Charger, Uni Eropa Inginkan Satu Kabel untuk Seluruh Perangkat
"Hari ini tidak mengubah negara saya. Hari ini mencerminkan perubahan mentalitas selama 20 tahun terakhir," kata Baranova.
"Ini benar-benar cerminan dari penerimaan yang sangat luas dan sangat penting dari orang-orang LGBT di masyarakat," sambungnya.
Swiss adalah negara ke-30 di dunia yang mengadopsi pernikahan sesama jenis, dan salah satu negara Eropa barat terakhir yang melakukannya.
Belanda adalah yang pertama pada tahun 2001.
Baca artikel lain seputar Swiss
(Tribunnews.com/Rica Agustina)