"Kenapa orang baik seperti Zhou harus mati dengan cara seperti itu," kata Tewuh dengan suara tercekat.
"Dia awak Cina yang sangat baik bagi kami orang Indonesia.
Zhou sering berbagi makanan dan minuman dengan kami," katanya.
Menurut Tewuh, jasad Zhou awalnya disimpan di lemari es namun kemudian dibuang ke laut.
Awak kapal Indonesia terkejut melihat bagaimana Zhou diperlakukan bahkan dalam kematian.
Tewuh mengatakan bahwa tubuh Zhou harus dikirim kembali ke kampung halamannya untuk mengurus akibatnya.
Pada tahun 2021, insiden serupa terjadi di kapal penangkap ikan lain dari armada Liao Dong Yu.
Kali ini, rantai penahan jaring putus dan menimpa dua awak kapal Indonesia.
Satu orang meninggal di kapal, yang lain jatuh ke laut, kehilangan tubuhnya.
"Setelah kejadian itu, saya dan rekan-rekan saya panik karena kami khawatir hal yang sama bisa terjadi pada kami," kata Tewuh.
Menurut ABK Indonesia, nahkoda kapal nelayan mereka adalah "orang jahat", selalu memukuli ABK, baik Tionghoa maupun Indonesia, hingga berdarah, padahal kesalahan mereka sangat kecil.
Baca juga: Kapal Fregat Jerman Singgah di Tokyo, Perkuat Kerja Sama Kemanan dengan Jepang
Meski kontraknya berakhir pada Desember 2020, Tewuh masih harus tetap bekerja di kapal karena nakhoda menolak keinginannya untuk dipulangkan.
Tewuh mengaku tidak punya pilihan selain terus bekerja tanpa bayaran untuk mendapatkan makanan.
Namun pada Mei tahun ini, ABK asal Indonesia ini menolak bekerja.