TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA - China terus menjalin hubungan baik dengan negara-negara Islam.
Beberapa waktu lalu, China menyatakan kerja sama dan komitmennya membangun Afghanistan di bawah kendali pemerintahan Taliban.
Kini China mulai mendekat Palestina, yang selama ini dikenal berkonflik dengan Israel.
Terkait hal itu, Istanbul Turki menjadi tuan rumah konferensi internasional pertama yang membahas hubungan China dengan Palestina.
Konferensi itu diadakan pada Sabtu (30/10/2021) lalu.
Konferensi ini dihadiri ahli dan akademisi yang berasal dari seluruh dunia.
Selain hubungan China dan Palestina, konferensi juga mendiskusikan peran dan dampak China terhadap konflik Palestina-Israel.
Baca juga: Di Tengah Memanasnya Afghanistan, Pimpinan Taliban Ingatkan Ancaman Penyusup yang Lawan Pemerintah
Konferensi satu hari ini diselenggarakan oleh Forum Timur Tengah Asia.
"Konferensi ini akan mengangkat hubungan sejarah China-Palestina dan berdiri di atas ikatan politik dan budaya yang paling penting," ujar penyelenggara dari Forum Timur Tengah Asia, mengutip Anadolu Agency pada Senin (8/11/2021).
Tercatat sebanyak 16 pembicara, termasuk pembicara dari China yang hadir dalam Konferensi Internasional.
Mereka membahas dukungan China dalam kemerdekaan Palestina.
"(Dukungan) Melawan pendudukan (Israel) (di Palestina) dan dampak konflik AS-China terhadap perjuangan Palestina," kata penyelenggara.
Topik lainnya juga dibahas.
Seperti visi dan strategi China dan sifat peran kebangkitan dan pembangunannya di tingkat Asia Barat.
"Perdebatan juga akan mengantisipasi peran China dalam upaya mencapai solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina," jelas penyelenggara.
"Konferensi itu juga akan membahas visi Palestina tentang peran China di Timur Tengah," imbuhnya.
China sendiri diketahui mendukung kemerdekaan Palestina dari Israel.
Mereka berjanji akan terus mengawal prosesnya.
Dukungan ini dinyatakan berulang kali, terutama saat konflik kedua negara memanas, dan Amerika Serikat (AS) 'pasang badan' membela Israel.
"Kami akan terus mendukung dengan tegas rakyat Palestina dalam upaya mereka yang adil guna memulihkan hak-hak mereka yang sah dan mendirikan negara merdeka. China akan terus memainkan peran yang positif dan konstruktif hingga saat ini," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Wang Wenbin saat menyikapi normalisasi diplomatik Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, Senin (14/9/2020).
Duta Besar China Zhang Jun di Dewan Keamanan PBB, pada Rabu (22/7/2020), juga mengatakan Presiden China Xi Jinping, menyebut bahwa Negaranya adalah 'teman tulus rakyat Palestina'.
Hal tersebut disampaikan menyikapi kekhawatiran China atas pencaplokan wilayah Palestina yang terus dilakukan Israel.
Hubungan dengan Taliban
Seperti diketahui, China menjadi negara pertama di dunia yang ingin menjalin hubungan baik dengan Taliban, penguasa Afghanistan yang baru.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Wang Wenbin menyampaikan bahwa China menghormati 'kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial' Afghanistan.
Pernyataan pemerintah China itu keluar setelah pemerintahan baru Afghanistan yang diisi 'tokoh-tokoh Taliban' akhirnya terbentuk.
Ini sekaligus menjawab pertanyaan banyak pihak terkait tanggapan China terhadap terbentuknya pemerintahan Taliban.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (8/9/2021), Wang Wenbin menekankan bahwa China mendukung rakyat Afghanistan untuk 'secara mandiri memilih jalur pembangunan sesuai dengan kondisi nasional mereka sendiri' tanpa campur tangan dalam urusan internal negara itu.
Wang juga menambahkan pembentukan pemerintahan sementara diperlukan untuk memulihkan ketertiban dalam negeri dan rekonstruksi pasca perang, setelah lebih dari tiga minggu terjadi 'aksi anarkis' pasca pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh kelompok militan Taliban.
Pengambilalihan yang akhirnya membuat Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu.
Wang menyatakan harapannya agar Afghanistan yang selama ini dilanda perang dapat membangun 'struktur politik yang luas dan inklusif' serta mampu membuat kebijakan dalam dan luar negeri yang moderat dan stabil.
Pernyataan Wang ini muncul tidak lama setelah pengumuman Taliban pada Selasa kemarin bahwa mereka telah menunjuk pejabat penting pemerintah.
Menariknya, beberapa menteri yang baru saja diangkat ternyata masuk dalam daftar sanksi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Sementara Penjabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan versi Taliban, Sirajuddin Haqqani dianggap sebagai teroris internasional oleh otoritas Amerika Serikat (AS) dan diburu oleh FBI yang menawarkan hadiah 5 juta dolar AS bagi siapapun yang bisa menangkapnya.
Perlu diketahui, beberapa negara dan institusi di seluruh dunia telah mengambil sikap lebih keras terhadap kepemimpinan Taliban.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan pada Jumat lalu bahwa Inggris tidak akan mengakui pemerintahan Taliban.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa sudah waktunya untuk 'bekerja' dengan kelompok itu untuk membahas masalah-masalah seperti evakuasi yang aman, dan 'menghadapi kenyataan baru di Afghanistan'.
Sementara di sisi lain, China dijuluki sebagai 'mitra utama' Taliban oleh Juru Bicara kelompok pemberontak itu, Zabihullah Mujahid.
Ini disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia La Repubblica pada pekan lalu.
Mujahid bahkan memuji rencana China untuk berinvestasi di Afghanistan.
Sumber: Warta Kota/Tribunnews.com