Daphna melahirkan di tahun berikutnya, yang ternyata itu bukanlah darah dagingnya.
Di ruang bersalin, sang suami yakni Alexander berharap memiliki bayi yang mirip dengan anak sulung mereka.
Namun dia terkejut saat bayi itu memiliki kulit yang jauh lebih gelap dan tidak mirip dengan dia maupun sang istri.
"Itu sangat mengagetkan sehingga Alexander benar-benar mengambil beberapa langkah menjauh dari meja bersalin, mundur ke dinding," bunyi gugatan itu.
Sekitar dua bulan kemudian, pasutri ini memutuskan melakukan tes DNA dan dinyatakan bayi malang itu bukan anak kandung mereka.
"Ruang menyusut dan menjadi sangat pusing dan semuanya menjadi mati rasa," kata Alexander, mengingat hasil DNA kembali.
CCRH kemudian membantu mereka menemukan pasangan yang melahirkan seorang bayi perempuan lainnya.
Putri keluarga Cardinales berusia sekitar empat bulan ketika mereka pertama kali bertemu.
Setelah beberapa kali pertemuan, pasangan ini sepakat untuk menjalani proses hukum pertukaran bayi secara resmi, yang terjadi pada Januari 2020.
"Alih-alih menyusui anak saya sendiri, saya menyusui dan terikat dengan seorang anak yang kemudian dipaksa untuk memberikannya," kata Daphna Cardinale pada konferensi pers.
Insiden ini, kata Daphna, sulit dipahami putrinya yang berusia 7 tahun.
"Kengerian situasi ini tidak dapat diremehkan," kata gugatan itu.
Baca juga: Cerita Aurel Hermansyah Nikmati Momen Kehamilan Usia 6 Bulan, Bayi di Kandungan Lebih Aktif
Baca juga: Menko PMK Perintahkan Penanganan Serius Meningkatnya Bayi dengan Berat Lahir Rendah
Akibat dari insiden pertukaran embrio ini, pasangan Cardinale sempat menjalani perawatan untuk kesehatan mental.
Adam B Wolf, pengacara yang mewakili keluarga Cardinales, mengatakan ada keluarga lain yang juga berencana menuntut, tetapi akan tetap anonim.
Pada 2019, keluarga asal California lainnya menemukan anak mereka telah lahir di New York.
Mereka menggugat ibu kandung, yang kabarnya ingin menjaga anak itu.
Hakim kemudian memutuskan mendukung orang tua genetik.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)