News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ibu Kota Negara Afrika Ini Diguncang Serangan Bom Bunuh Diri Kelompok ISIS, 3 Orang Tewas

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua ledakan bom bunuh diri menghantam ibu kota Uganda, Kampala, pada 16 November 2021. Tiga orang tewas.

"Suara ledakan seperti itu dari senjata besar meledak. Tanah bergetar, telinga saya hampir tuli," Peter Olupot, penjaga bank yang berada dekat dengan lokasi serangan.

IS memberikan pernyataan di saluran Telegramnya, yang kemudian dilaporkan oleh Kantor Berita Amaq, mengatakan para anggotanyalah yang melakukan serangan tersebut.

Para pejabat menyalahkan Pasukan Demokrat Sekutu (ADF), sebuah kelompok pemberontak yang berjanji setia kepada ISIS pada 2019.

Awalnya dibentuk di Uganda, tetapi sekarang berbasis di DR Kongo, ADF semakin sering melakukan serangan atas nama IS.

Sejumlah ledakan bom terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Bulan lalu, seorang pelayan berusia 20 tahun tewas setelah sebuah perangkat tertinggal di tas belanja, diledakkan di sebuah bar di kota.

Beberapa hari kemudian, beberapa orang terluka ketika seorang pengebom bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah bus dekat Kampala.

ISIS mengklaim kedua serangan tersebut, dan polisi mengatakan ada hubungan dekat dengan ADF, termasuk pengebom bus yang masuk dalam daftar buronan anggota ADF.

Perpaduan yang berbahaya dari militansi domestik dan ekstremisme global mengancam keamanan Uganda.

Baca juga: Polisi Inggris: Ledakan Taksi di Liverpool Insiden Terorisme

Baca juga: Jalanan Bunga Sakura di Fukushima Jepang Apakah Terdampak Ledakan Pembangkit Nuklir?

ADF telah dikooptasi dalam beberapa tahun terakhir oleh IS, dan ini adalah serangan terbesar yang dikaitkan dengannya di Uganda sejak mereka menjalin hubungan.

ADF juga dikenal sebagai Provinsi Afrika Tengah dari Negara Islam.

Sebuah kelompok Islam di Mozambik menggunakan nama yang sama, dan melakukan pemberontakan brutal di sana.

Para militan tahu jalan mereka dan dapat berbaur dengan penduduk setempat.

IS memberi mereka dukungan taktis, membantu melancarkan kampanye propaganda dan memberi misi baru.

Badan intelijen dan keamanan regional harus bekerja sama lebih erat untuk memerangi ancaman tersebut.

Masyarakat juga harus lebih waspada.

(Tribunnews.com/Yurika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini