TRIBUNNEWS.COM - Aksi protes menolak lockdown Covid-19 di Belanda berujung ricuh.
Setidaknya 40 orang ditangkap di tiga provinsi, dan lima polisi terluka di malam kedua demo anti-lockdown.
Petugas dengan perlengkapan anti huru hara menyerang kelompok demonstran di Den Haag pada Sabtu (20/11/2021) malam, seperti diberitakan Al Jazeera.
Sementara itu, pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu dan kembang api.
Kemudian meriam air digunakan untuk memadamkan tumpukan sepeda yang dibakar.
Baca juga: Berita Foto : Demonstrasi Rusuh di Belgia Tolak Pembatasan dan Vaksin Covid-19
Baca juga: Negara Eropa Ramai Lakukan Demo Tolak Aturan Covid-19, Merasa Tak Bebas hingga Samakan dengan Nazi
Lima petugas terluka, salah satunya mengalami luka serius.
Polisi menangkap 19 orang, karena melemparkan batu ke kaca depan ambulans yang lewat.
Sementara 13 penangkapan lainnya dilaporkan oleh polisi terjadi di dua kota di provinsi selatan Limburg.
Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di provinsi utara Flevoland.
Delapan orang ditangkap di kota Urk.
Sementara itu, penggemar yang marah mengganggu dua pertandingan sepak bola yang berlangsung secara tertutup karena aturan virus corona.
Media Belanda melaporkan, pertandingan divisi pertama di kota barat Alkmaar dan kota timur Almelo, antara AZ-NEC dan Heracles-Fortuna Sittard harus dihentikan selama beberapa menit.
Kerusuhan itu terjadi sehari setelah polisi menembaki pengunjuk rasa di Rotterdam di tengah sebagai “pesta pora kekerasan” yang pecah atas protes terhadap pembatasan COVID-19.
Baca juga: IHSG Berpeluang Melemah di Tengah Peningkatan Kasus Covid-19 di Eropa
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Perguruan Tinggi Gelar Wisuda Secara Hybrid
Sebelumnya, tiga orang terluka dan 51 orang ditangkap di Rotterdam.
Itu adalah salah satu wabah kekerasan terburuk di Belanda sejak langkah-langkah virus corona pertama kali diberlakukan tahun lalu.
Pada bulan Januari, para perusuh juga menyerang polisi dan membakar jalan-jalan di Rotterdam setelah jam malam diberlakukan.
Menteri Kehakiman Ferd Grapperhaus mengutuk peristiwa itu.
"Kerusuhan ekstrem terhadap petugas polisi, polisi anti huru hara dan petugas pemadam kebakaran tadi malam di Rotterdam menjijikkan untuk dilihat," katanya.
“Memprotes adalah hak besar dalam masyarakat kita, tetapi apa yang kita lihat tadi malam hanyalah perilaku kriminal. Tidak ada hubungannya dengan demonstrasi,” tambahnya.
Belanda menerapkan kembali beberapa tindakan penguncian akhir pekan lalu selama tiga minggu awal dalam upaya untuk memperlambat peningkatan penularan virus corona.
Tetapi kasus infeksi harian tetap pada level tertinggi sejak awal pandemi.
Pemerintah Belanda sekarang berencana untuk melarang orang yang tidak divaksinasi memasuki beberapa tempat, yang disebut opsi 2G.
(Tribunnews.com/Yurika)