TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 52 penambang dan penyelamat tewas dan puluhan lainnya hilang setelah kecelakaan di tambang batu bara Siberia, Rusia.
Dilansir Al Jazeera, para penambang tewas ketika debu batu bara terbakar, dan asap dengan cepat memenuhi tambang Listvyazhnaya melalui sistem ventilasi.
Menurut kantor berita Rusia Tass, enam penyelamat juga dilaporkan tewas.
Tambang, dekat kota Belovo di wilayah Kemerovo, dipenuhi asap pada Kamis (25/11/2021) dini hari, dengan 285 orang di dalamnya.
Baca juga: Efektivitas Jangka Panjang Vaksin Sputnik V Rusia Capai 80 Persen
Baca juga: Joe Biden Undang Taiwan ke KTT Demokrasi, China dan Rusia Tidak Masuk Daftar
Sebelumnya, Gubernur Kemerovo Sergei Tsivilev mengatakan, sudah banyak yang dievakuasi, setidaknya 35 orang masih terjebak.
Kemudian, gubernur mengatakan 49 orang terluka dan sedang mencari bantuan medis.
“Kemungkinan ledakan sangat tinggi. Kami telah memutuskan untuk menangguhkan operasi pencarian dan penyelamatan sampai konsentrasi gas berkurang,” kata Tsivilev.
Presiden Vladimir Putin menyatakan belasungkawa kepada keluarga para penambang yang tewas, dan menyebutnya sebagai tragedi besar.
“Saya telah berbicara beberapa kali dengan Gubernur Wilayah Kemerovo (Sergei Tsivilev) dan kepala layanan penyelamatan,” katanya.
“Mereka melakukan segalanya dengan kekuatan mereka tetapi, sayangnya, situasinya tidak membaik, dan mereka sekarang mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.
"Keputusan yang diperlukan sedang diambil di tempat. Kami berharap sebanyak mungkin nyawa terselamatkan,” tambahnya.
Wilayah penghasil batu bara Kemerovo, kira-kira 3.500 km timur Moskow, telah mengalami kecelakaan pertambangan yang fatal selama bertahun-tahun.
Tambang Listvyazhnaya adalah bagian dari SDS-Holding, yang dimiliki oleh Siberian Business Union milik swasta.
Menurut outlet berita Interfax, mengutip pejabat dari Rostekhnadzor, pengawas teknologi dan ekologi negara Rusia, inspeksi terbaru dari tambang Listvyazhnaya berlangsung pada 19 November.