TRIBUNNEWS.COM - Korea Selatan digegerkan dengan aksi hacker yang meretas ratusan perangkat smart home dan menjual rekaman vulgar si pemilik rumah di dark website.
Video-video kegiatan privat itu dijual dengan pembayaran bitcoin.
Menurut Badan Keamanan Internet Korea, polisi pekan lalu meluncurkan penyelidikan dan mengonfirmasi bahwa video-video kegiatan penghuni apartemen di seluruh negeri bocor secara online.
Dilansir SCMP, sebuah gambar dari salah satu potongan video yang ada di dark web menunjukkan kegiatan pribadi penghuni apartemen.
Baca juga: Cara Screen Record dengan Audio pada Smartphone Android Tanpa Aplikasi Third Party
Baca juga: Warga Terdampar dan Khawatir Lockdown, Banyak Negara Tolak Penerbangan dari Afrika Selatan
Di antaranya ada yang dalam kondisi tanpa busana hingga tengah melakukan hubungan intim, lapor IT Chosun, situs berita teknologi yang mengungkap peretasan ini.
Seorang reporter yang menyamar sebagai pembeli mencoba menghubungi hacker yang menjual video-video ini.
Menurut email yang diterima, hacker menjual hasil peretasannya itu sebesar 0,1 bitcoin (USD5.736 atau sekira Rp82,2 juta) untuk mendapat akses video ke sebuah apartemen selama 24 jam.
Si hacker bahkan dilaporkan memberi reporter itu daftar apartemen atau flat untuk dipilih.
Fitur smart home yang dipasang di apartemen di Korea Selatan awalnya hanya berupa sistem interkom, namun belakangan diperluas lagi fungsinya.
Kini banyak apartemen memiliki perangkat smart home yang meliputi kunci pintu wall pad, lampu, pemanas, lemari es, mesin cuci, hingga AC yang dapat dikontrol menggunakan smartphone saja.
Ada juga sistem kamera pengintai, yang mana insiden peretasan ini membuatnya rentan terhadap pelanggaran privasi.
Jika seorang hacker berhasil menembus keamanan satu rumah, mereka juga dapat mengakses rekaman apartemen tetangga yang terhubung melalui jaringan gedung, kata IT Chosun.
Di Korea Selatan, 63 persen rumah tangga tinggal di rumah susun atau flat.
Insiden tersebut mendorong pemerintah meninjau peraturan keamanan online.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Sains dan Teknologi mengatakan, masyarakat menghadapi risiko nyata dari ancaman dunia maya "termasuk paparan kehidupan pribadi, serangan ransomware, dan penutupan perangkat rumah".
Kim Nam-seung, wakil direktur yang bertanggung jawab atas keamanan siber di kementerian, mengatakan insiden itu menunjukkan orang-orang yang tinggal di flat perlu waspada tentang keamanan online mereka.
"Insiden ini menarik perhatian publik karena perangkat wall pad, bukan komputer rumah atau ponsel, diretas, dan privasi rumah dilanggar secara luas," kata Kim.
"Ini juga menyoroti pentingnya pengguna menghindari kata sandi yang mudah ditebak, mengunduh pembaruan patch keamanan secara teratur, dan menggunakan produk yang didukung pemerintah dengan dinding keamanan yang kokoh."
Pemerintah Korsel kini meminta perusahaan konstruksi untuk memutuskan tautan sistem smart home untuk setiap flat.
Ini dilakukan untuk mencegah hacker mengakses perangkat di seluruh bangunan tempat tinggal melalui satu sumber.
Pada 2018 lalu, dua mahasiswa pascasarjana ilmu komputer diminta pemerintah provinsi Gyeongsang Selatan untuk meretas jaringan smart home di sebuah gedung apartemen baru untuk menguji keamanannya.
Baca juga: Begini Upaya IndiHome Dukung Pemerataan Akses Internet se-Indonesia di Tengah Pandemi
Baca juga: 5 Smartphone yang Mungkin Rilis di Desember 2021 dan Tahun Depan, Ada Xiaomi 12 & iPhone SE 2 Plus
Keduanya berhasil membobol sistem itu hanya dalam satu hari.
Bahkan dua mahasiswa tersebut mampu membuka pintu rumah, mengintip rumah lain melalui kamera, hingga mengubah suhu pemanas.
Menyusul laporan ini, Kementerian Sains dan Teknologi menyarankan warga agar membuat kata sandi unik dan diperbaharui secara teratur.
Para ahli juga menyarankan agar menutup kamera saat tidak digunakan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)