TRIBUNNEWS.COM - CEO vaksin Covid-19 dari BioNTech Ugur Sahin menyampaikan pesan kepada masyarakat yang khawatir dengan temuan varian Omicron.
Melansir Al Jazeera, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Selasa (30/11/2021), Sahin mengatakan agar semua orang jangan panik dan tetap tenang.
Ia mengatakan, mungkin banyak orang yang sudah divaksin dapat terinfeksi varian Omicron.
"Pesan kami adalah: jangan panik, rencananya tetap sama, yaittu percepatan suntikan booster ketiga," katanya kepada WSJ.
Baca juga: Empat Langkah Pemerintah Indonesia Antisipasi Masuknya Omicron ke Indonesia
Baca juga: Rumah Sakit Lisbon Menutup Layanan Departemen Pediatrik karena Dokter Positif Terpapar Omicron
Sahin mengatakan, suntikan BioNTech mRNA yang ia dan timnya temukan pada Januari 2020, kemudian dikembangkan dengan raksasa obat Amerika Serikat (AS) Pfizer, telah terbukti melindungi orang-orang dari penyakit parah akibat varian virus Corona.
Ia mencatat, Omicron kemungkinan dapat lolos dari antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dan lebih parah dari Delta, mengingat jumlah mutasi protein lonjakan Omicron lebih tinggi.
"Keyakinan kami berakar pada sains, jika virus berhasil lolos dari antibodi, virus berhasil melawan antibodi, ada respons kekebalan tingkat kedua yang melindungi (orang) dari penyakit parah; sel T," ungkapnya kepada WSJ.
Wawancara WSJ dengan Sahin datang setelah wawancara CEO Moderna Stephane Bancel dengan Financial Times, pada Selasa (30/11/2021).
Baca juga: Satgas Sebut Ada Kemungkinan Varian Omicron Bisa Menular ke Penyintas Covid-19
Baca juga: Varian Omicron Dapat Menular ke Penyintas, Satgas Minta Masyarakat Tetap Tenang dan Hati-hati
Bancel memperingatkan bahwa suntikan vaksin Covid-19 saat ini kurang efektif terhadap Omicron.
Komentar Bancel mengguncang pasar Eropa dan Asia, mengirim saham dan harga minyak lebih rendah.
Dalam wawancaranya dengan WSJ, Sahin mengatakan bahwa membawa jab penargetan Omicron yang disesuaikan ke pasar akan memakan waktu sekitar 100 hari, tetapi itu mungkin tidak diperlukan.
"Kami memiliki rencana untuk memberikan tembakan ketiga kepada orang-orang, dan kami harus tetap berpegang pada rencana ini dan mempercepatnya," katanya kepada WSJ.
“Apakah kita akan membutuhkan perlindungan ekstra dengan vaksin yang diadaptasi? Ini masih harus dilihat nanti," jelasnya.
Berita lain terkait dengan Omicron
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)