TRIBUNNEWS.COM - Muncul laporan di media lokal Myanmar bahwa tentara mengumpulkan dan menghabisi 11 warga di sebuah desa.
Dilansir The Guardian, para tentara ini juga diduga menembaki hingga membakar 11 orang tersebut.
Foto dan video viral memperlihatkan jasad para korban, yang merupakan warga Desa Don Taw di wilayah Sagaing itu, dalam kondisi hangus terbakar.
Insiden ini memicu kemarahan publik di Myanmar.
Adapun rekaman video dikatakan diambil tidak lama setelah kesebelas korban ditembak dan dibakar.
Baca juga: Berita Foto : Melihat Kamp Pelatihan Penentang Junta Militer Myanmar
Baca juga: Junta Myanmar Pangkas Hukuman Aung San Suu Kyi dari Empat Tahun Jadi Dua Tahun
Bahkan muncul laporan beberapa korban masih dalam kondisi hidup saat disulut api.
Desa Don Taw sendiri merupakan saksi pertempuran antara junta dan milisi yang terbentuk sejak kudeta 1 Februari silam dengan misi menentang kekuasaan militer.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengaku prihatin dengan laporan pembunuhan 11 orang tersebut.
Dia menambahkan, "laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lima anak termasuk di antara orang-orang yang tewas".
Meski demikian, klaim terkait kematian 11 orang ini belum bisa diverifikasi secara independen.
Sebuah akun yang diberikan kepada Associated Press oleh seseorang yang mengaku datang ke tempat kejadian, umumnya cocok dengan deskripsi insiden yang dilaporkan media independen Myanmar.
Seorang relawan di daerah itu mengatakan kepada Reuters melalui sambungan telepon bahwa pasukan militer masuk ke Desa Don Taw pada Selasa pagi.
Sementara itu, korban ditemukan tewas sekira pukul 11 pagi.
"Pasukan itu secara brutal membunuh siapa pun yang bisa mereka temukan," kata relawan itu, mengutip keterangan saksi.
Para relawan telah membantu warga melarikan diri dari Desa Don Taw maupun desa-desa terdekat lainnya.
Kesebelas korban itu belum bisa dipastikan apakah warga sipil atau milisi.
Saksi lain yang berbicara kepada AP menguatkan laporan ini, dia mengatakan sekitar 50 tentara berbaris ke Desa Don Taw sekitar pukul 11 pada Selasa.
Mereka, kata saksi, menangkap siapa saja yang tidak sempat melarikan diri.
"Mereka menangkap 11 warga desa yang tidak bersalah," kata saksi, yang meminta anonimitas demi keselamatan.
Dia menambahkan, orang-orang yang ditangkap bukanlah anggota Pasukan Pertahanan Rakyat yang terorganisir secara lokal.
Lebih lanjut, dia mengklaim para tawanan itu tangannya diikat ke belakang dan kemudian dibakar.
Sebuah akun di media Myanmar mengatakan, junta militer diduga melakukan pembalasan atas serangan pagi itu oleh anggota militan Pasukan Pertahanan Rakyat.
Saksi lain yang dikutip di media Myanmar mengatakan para korban adalah anggota Pasukan Pertahanan, meskipun saksi yang berbicara kepada AP menggambarkan mereka sebagai anggota kelompok perlindungan desa yang kurang terorganisir secara formal.
Baca juga: Jejak Karier Politik Aung San Suu Kyi: Perjuangkan Demokrasi Myanmar hingga Divonis 4 Tahun Penjara
Baca juga: Pasukan Keamanan Myanmar Menabrakkan Mobil ke Demonstran Anti-Kudeta, Lima Orang Tewas
Pembantaian yang diduga terjadi di Desa Don Taw ini dikecam Pemerintah Persatuan Nasional, kelompok oposisi pemerintah militer.
Pihak militer Myanmar belum angkat bicara mengenai laporan pembunuhan massal ini.
Sebelumnya, mantan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dijatuhi hukuman empat tahun penjara atas tuduhan penghasutan dan melanggar aturan Covid-19.
Namun hukuman itu dipangkas setengahnya menjadi dua tahun penjara.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, junta juga mengurangi separuh hukuman penjara empat tahun kepada Presiden Myanmar yang dikudeta, Win Myint.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)