TRIBUNNEWS.COM - Sri Lanka berencana melunasi utang impor minyak dari Iran dengan teh.
Melansir BBC, Menteri Ramesh Pathirana mengatakan, Sri Lanka berharap dapat mengirim teh senilai $5 juta (£3,8 juta) ke Iran setiap bulan untuk melunasi utang $251 juta.
Sri Lanka mengalami krisis utang dan valuta asing yang ekstrim, yang diperparah dengan hilangnya pendapatan turis selama pandemi virus corona.
Seorang anggota dewan teh negara itu mengatakan ini adalah pertama kalinya teh dibarter untuk melunasi utang luar negeri.
Baca juga: Sri Lanka Berencana Lunasi Utang Jutaan Dolar dari Iran Menggunakan Teh
Baca juga: 11 Juta Liter Minyak Goreng Murah Dipastikan Tersedia di Toko-toko, hingga Januari 2022
Pathirana mengatakan metode pembayaran tidak akan melanggar sanksi PBB atau Amerika, karena teh dikategorikan sebagai makanan atas dasar kemanusiaan, dan tidak ada bank Iran yang masuk daftar hitam yang akan terlibat.
"Kami berharap dapat mengirim teh senilai $5 juta setiap bulan untuk membayar Iran atas pembelian minyak yang tertunda sejak empat tahun terakhir," katanya kepada Reuters.
Kementerian Perkebunan angkat bicara mengenai rencana ini.
"Skema yang direkomendasikan akan menghemat mata uang asing yang sangat dibutuhkan Sri Lanka karena penyelesaian ke Iran akan dilakukan dalam rupee Sri Lanka melalui penjualan Teh Ceylon," ungkapnya.
Namun juru bicara Asosiasi Pekebun Ceylon, yang mencakup semua perusahaan perkebunan besar di Sri Lanka, mengatakan mode transaksi ini adalah "solusi plester pemerintah".
Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Pemerintah Belum Juga Bayar Utang Hotel untuk Isoman Rp 196 Miliar
Baca juga: Terlilit Utang Rp10 Juta karena Judi dan Narkoba, Pemuda di Sumsel Rampok Adik Angkat, Korban Tewas
"Itu belum tentu menguntungkan eksportir karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," tambah Roshan Rajadurai.
Sri Lanka dilaporkan harus memenuhi sekitar $4,5 miliar dalam pembayaran utang tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai $500 juta pada Januari.
Namun, menurut data terbaru dari bank sentral, cadangan devisa negara itu menyusut menjadi $1,6 miliar pada akhir November.
Gubernur Bank Sentral Ajith Nivard Cabraal mengatakan Sri Lanka yakin dapat membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada 2022.
Sri Lanka menghasilkan sekitar 340 juta kg teh setiap tahun.
Tahun lalu mengekspor 265,5 juta kg, dengan pendapatan $1,24 miliar pada 2020.
Hampir 5% penduduk Sri Lanka bekerja di industri bernilai miliaran dolar, memetik daun di lereng gunung dan mengolah teh di pabrik perkebunan.
Berita lain terkait dengan Minyak
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)